A. Pengantar
Sekarang
Anda sedang dalam satu masa transisi atau masa peralihan. Dari masa SMA/SMK ke
perguruan tinggi. Masa transisi itu sangat dipengaruhi oleh perilaku atau
tangka laku, tindak tanduk. Namun, satu hal yang pasti bahwa sebagai mahasiswa
Anda memiliki potensi, kemampuan, energi yang musti dikembangkan untuk mencapai
kesuksesan. Oleh karena itu, pilihan Anda untuk melanjutkan kuliah di Prodi ini
adalah pilihan yang tepat. Sebuah pilihan yang tidak salah, dan itu musti
diikuti dengan komitmen dan
konsistensi, ikhtiar yang baik agar
cita-cita yang Anda dan orangtua Anda inginkan dapat tercapai. Ya…, agak
sentimental sedikit saya mengucapkan bahwa Anda sudah jatuh cinta dengan kami, terutama dengan Prodi Pendidikian Ekonomi.
Saya
menyebut mahasiswa sebagai subyek berkelimpahan, sebab (1) terus-menerus
membangun penalaran melalui diskusi, debat, (2) selalu mempertanyakan sesuatu
(penasaran), (3) membangun perilaku rohani, dan (4) berkerja sama dengan orang
lain.
Memang,
ada banyak faktor yang berpengaruh dalam mencapai kesuksesan. Faktor modal
kapital (uang/doi),
pertemanan/relasi, lingkungan, motivasi, dan waktu. Faktor-faktor ini hendaknya
Anda kenali dengan baik agar masa studi Anda menjadi lebih sukses. Manfaatkan
waktu sebaik mungkin. Sisahkan sedikit dari banyak mwaktu Anda untuk menerabas
ilmu pengetahuan.
B.
Filsafat Bunga Teratai
Tokoh
pendidikan–Ki Hajar Dewantoro, dalam filsafat Bunga Teratai, meletakkan tiga
sikap atau prinsip dasar seorang pemimpin pendidikan. Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani.
Sikap-sikap pendidikan ini secara implisit seaspirasi dengan apa yang termuat
dalam pembukaan UUD 1945, juga dalam UU
No.30/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain sebagai pendidik, guru
adalah pengajar yang nota bene adalah pemimpin pendidikan, walaupun dalam
sebuah ruang lingkup yang sangat terbatas. Prinsip
ing ngarso sung tulodo: di depan pemimpin harus memberikan contoh/teladan
yang baik, ing madya mangun karso: di
tengah pemimpin selalu membangkitkan semangat, dan tut wuri handayani: dari belakang pemimpin selalu memberikan
dorongan. Dengan demikian, mesti adanya keyakinan para pemimpin pendidikan
bahwa dalam sebuah impitan krisis
ekonomi yang tidak memiliki ending yang jelas, tetapi para orang tua rela dan
masih tegar membiayai sebuah generasi, sebuah zaman yang akan melanjutkan
kepemimpinan bangsa ini.
C. Gaya Pemimpin
Menjadi pemimpin yang ideal tentu diharapkan semua orang.
Peluang sangat terbuka untuk mencapai sebuah kesempurnaan dalam memimpin. Entah
itu sebuah organisasi, lembaga pemerintahan, lembaga swasta atau apapun
namanya. Bawahan tentu akan menaruh respon dan sikap positif jika pemimpinnya
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik.
Berikut empat gaya/style pemimpin yang bisa
dipakai dalam memimpin.
Style 1 |
Directing |
leader memberikan arahan-arahan dan
mengawasi penyelesaian seluruh aktivitas secara dekat |
Style 2 |
Coaching |
disamping memberikan arahan dan mengawasi penyelesaian
aktivitas, juga memberikan penjelasan cara mengambil sikap, memberikan usulan
yg tepat dan mensupport setiap progress |
Style 3 |
Supporting |
leader memfasilitasi dan mensupport upaya
anggotanya dalam menyelesaikan tugas serta melibatkan mereka dalam
pengambilan keputusan |
Style 4 |
Delegating |
leader melakukan rotasi/pendelegasian
tanggung jawab dalam pengabilan keputusan dan penyelesaian masalah. |
Tampubolon
(2005) mengedepankan lima syarat menjadi pemimpin pendidikan yang berkualitas.
Syarat-syarat ini menjadi bagian dari permenungan kita untuk menjadikan aspek
pendidikan sebagai idola, karena kita terpilih menjadi pemimpin pendidikan,
pemimpin masa depan bangsa, yang tentunya punya ikhtiar yang sama membangun
pendidikan Indonesia yang bermutu. Pertama, visioner, pemimpin pendidikan perlu
merumuskan visi, misi, dan nilai dasar (prinsip) yang menjadi pedoman dalam
mencapai tujuan. Yang paling penting dalah visi, misi dan prinsip dasar itu
perlu disosialisasikan kepada seluruh sumber daya manusia pada lembaga pendidikan tersebut agar semua
memahami dan menjadikannya sebagai pedoman pelaksanaan semua tugas.
Kedua, integritas, pemimpin pendidikan hendaknya
mempunyai integritas, baik dalam kepribadian, keluarga, masyarakat juga dalam
profesi keilmuan, moralitas dan hukum. Oleh karena itu, pemimpin pendidikan
yang bermutu akan selalu tampil berwibawa dan penuh keteladanan. Ketiga, pemersatu, pemimpin pendidikan mestinya menjadi pemersatu berbagai
keberragaman perilaku dan kepribadian segenap sumber daya manusia yang
dipimpinnya. Semestinya mengakomodir berbagai persoalan yang terjadi tanpa
melihat siapa dia yang menghadapi masalah tersebut. Keempat, pemberdaya,
pemimpin pendidikan yang senantiasa memberikan kesempatan serta mendorong
sumber daya manusia yang dipimpinya untuk meningkatkan kemampuan dan karir
mereka; di samping memfasilitasi dan memberi motivasi.
Kelima,
pengendali, RE (Ratio Emosi).
Pemimpin harus mampu mengendalikan ratio-emosi. Pemimpin yang emotif cenderung
menimbulkan konflik, sebaliknya pemimpin yang terlalu mengandalkan ratio juga sering sulit mengakomodasi
perasaan orang lain sehingga dapat menimbulkan sifat apatis yang menyebabkan
keterpaduan sinregis tak tercapai. Tentang pemimpin, John C.Maxwell berpetuah, Kata yang paling tidak penting adalah Aku.
Kata yang paling penting adalah Kita. Dua kata yang paling penting adalah
Terima Kasih. Tiga kata yang paling penting adalah semua sudah dimaafkan. Empat kata yang paling penting adalah Apa
Sebenarnya Pendapat Anda. Lima kata yang paling penting adalah Anda sudah
menyelesaikan pekerjaan hebat, dan Enam kata yang paling penting adalah Aku
ingin memahami Anda lebih baik. Dan, kita
berani berkata, Anda adalah orang yang penting bagi saya.
Keahlian seorang leader, antara lain (1) keterbukaan, terus terang dan apa adanya; (2) empati, tempatkan diri anda seolah anda
berada dalam posisi lawan bicara anda; (3) tegas, selalu berdiri diatas kebenaran, tanpa pandang bulu; (4) suka menolong, bereaksi positif
terhadap inisiatif orang, dan (5) pengambil
keputusan, mengambil sikap posisi kepemimpinan dalam situasi yang
menentukan.
Oleh karena itu, dibutuhkan kepemimpinan yang
baik, seperti (1) interpreting, mampu
menginterpretasikan atau memvisualisasikan suatu kondisi internal maupun eksternal
yang akan berdampak pada tim, (2) shaping, mampu memberikan gambaran tentang
visi dan strategi untuk memberikan arti
bagi kerja tim, (3) mobilising, mampu memobilisasi para
individu dalam tim dengan ide, kemampuan dan nilai masing-masing anggota yang berbeda
untuk membangun sebuah tim, dan (4) inspiring, mampu memberikan
inspirasi kepada orang dalam mencapai hasil. (*)