Halaman

Kamis, 16 September 2021

Menjadi Pemimpin Masa Depan


 A.      Pengantar

Sekarang Anda sedang dalam satu masa transisi atau masa peralihan. Dari masa SMA/SMK ke perguruan tinggi. Masa transisi itu sangat dipengaruhi oleh perilaku atau tangka laku, tindak tanduk. Namun, satu hal yang pasti bahwa sebagai mahasiswa Anda memiliki potensi, kemampuan, energi yang musti dikembangkan untuk mencapai kesuksesan. Oleh karena itu, pilihan Anda untuk melanjutkan kuliah di Prodi ini adalah pilihan yang tepat. Sebuah pilihan yang tidak salah, dan itu musti diikuti dengan komitmen dan konsistensi, ikhtiar yang baik agar cita-cita yang Anda dan orangtua Anda inginkan dapat tercapai. Ya…, agak sentimental sedikit saya mengucapkan bahwa Anda sudah jatuh cinta dengan kami, terutama dengan Prodi Pendidikian Ekonomi.

Saya menyebut mahasiswa sebagai subyek berkelimpahan, sebab (1) terus-menerus membangun penalaran melalui diskusi, debat, (2) selalu mempertanyakan sesuatu (penasaran), (3) membangun perilaku rohani, dan (4) berkerja sama dengan orang lain.

Memang, ada banyak faktor yang berpengaruh dalam mencapai kesuksesan. Faktor modal kapital (uang/doi), pertemanan/relasi, lingkungan, motivasi, dan waktu. Faktor-faktor ini hendaknya Anda kenali dengan baik agar masa studi Anda menjadi lebih sukses. Manfaatkan waktu sebaik mungkin. Sisahkan sedikit dari banyak mwaktu Anda untuk menerabas ilmu pengetahuan.

B.  Filsafat Bunga Teratai

Tokoh pendidikan–Ki Hajar Dewantoro, dalam filsafat Bunga Teratai, meletakkan tiga sikap atau prinsip dasar seorang pemimpin pendidikan. Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Sikap-sikap pendidikan ini secara implisit seaspirasi dengan apa yang termuat dalam  pembukaan UUD 1945, juga dalam UU No.30/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain sebagai pendidik, guru adalah pengajar yang nota bene adalah pemimpin pendidikan, walaupun dalam sebuah ruang lingkup yang sangat terbatas. Prinsip ing ngarso sung tulodo: di depan pemimpin harus memberikan contoh/teladan yang baik, ing madya mangun karso: di tengah pemimpin selalu membangkitkan semangat, dan tut wuri handayani: dari belakang pemimpin selalu memberikan dorongan. Dengan demikian, mesti adanya keyakinan para pemimpin pendidikan bahwa  dalam sebuah impitan krisis ekonomi yang tidak memiliki ending yang jelas, tetapi para orang tua rela dan masih tegar membiayai sebuah generasi, sebuah zaman yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa ini.

C.  Gaya Pemimpin

Menjadi pemimpin yang ideal tentu diharapkan semua orang. Peluang sangat terbuka untuk mencapai sebuah kesempurnaan dalam memimpin. Entah itu sebuah organisasi, lembaga pemerintahan, lembaga swasta atau apapun namanya. Bawahan tentu akan menaruh respon dan sikap positif jika pemimpinnya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara baik.

Berikut empat gaya/style pemimpin yang bisa dipakai dalam memimpin.

Style 1

Directing

leader memberikan arahan-arahan dan mengawasi penyelesaian seluruh aktivitas secara dekat

Style 2

Coaching

disamping memberikan arahan dan mengawasi penyelesaian aktivitas, juga memberikan penjelasan cara mengambil sikap, memberikan usulan yg tepat dan mensupport setiap progress

Style 3

Supporting

leader memfasilitasi dan mensupport upaya anggotanya dalam menyelesaikan tugas serta melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan

Style 4

Delegating

leader melakukan rotasi/pendelegasian tanggung jawab dalam pengabilan keputusan dan penyelesaian masalah.

 

Tampubolon (2005) mengedepankan lima syarat menjadi pemimpin pendidikan yang berkualitas. Syarat-syarat ini menjadi bagian dari permenungan kita untuk menjadikan aspek pendidikan sebagai idola, karena kita terpilih menjadi pemimpin pendidikan, pemimpin masa depan bangsa, yang tentunya punya ikhtiar yang sama membangun pendidikan Indonesia yang bermutu. Pertama, visioner, pemimpin pendidikan perlu merumuskan visi, misi, dan nilai dasar (prinsip) yang menjadi pedoman dalam mencapai tujuan. Yang paling penting dalah visi, misi dan prinsip dasar itu perlu disosialisasikan kepada seluruh sumber daya manusia  pada lembaga pendidikan tersebut agar semua memahami dan menjadikannya sebagai pedoman pelaksanaan semua tugas.

Kedua, integritas, pemimpin pendidikan hendaknya mempunyai integritas, baik dalam kepribadian, keluarga, masyarakat juga dalam profesi keilmuan, moralitas dan hukum. Oleh karena itu, pemimpin pendidikan yang bermutu akan selalu tampil berwibawa dan penuh keteladanan. Ketiga, pemersatu, pemimpin pendidikan mestinya menjadi pemersatu berbagai keberragaman perilaku dan kepribadian segenap sumber daya manusia yang dipimpinnya. Semestinya mengakomodir berbagai persoalan yang terjadi tanpa melihat siapa dia yang menghadapi masalah tersebut. Keempat, pemberdaya, pemimpin pendidikan yang senantiasa memberikan kesempatan serta mendorong sumber daya manusia yang dipimpinya untuk meningkatkan kemampuan dan karir mereka; di samping memfasilitasi dan memberi motivasi.

Kelima, pengendali, RE (Ratio Emosi). Pemimpin harus mampu mengendalikan ratio-emosi. Pemimpin yang emotif cenderung menimbulkan konflik, sebaliknya pemimpin yang terlalu mengandalkan ratio juga sering sulit mengakomodasi perasaan orang lain sehingga dapat menimbulkan sifat apatis yang menyebabkan keterpaduan sinregis tak tercapai. Tentang pemimpin, John C.Maxwell berpetuah, Kata yang paling tidak penting adalah Aku. Kata yang paling penting adalah Kita. Dua kata yang paling penting adalah Terima Kasih. Tiga kata yang paling penting adalah semua sudah dimaafkan.  Empat kata yang paling penting adalah Apa Sebenarnya Pendapat Anda. Lima kata yang paling penting adalah Anda sudah menyelesaikan pekerjaan hebat, dan Enam kata yang paling penting adalah Aku ingin memahami Anda lebih baik. Dan, kita  berani berkata, Anda adalah orang yang penting bagi saya.

Keahlian seorang leader, antara lain (1) keterbukaan, terus terang dan apa adanya; (2) empati, tempatkan diri anda seolah anda berada dalam posisi lawan bicara anda; (3) tegas, selalu berdiri diatas kebenaran, tanpa pandang bulu; (4) suka menolong, bereaksi positif terhadap inisiatif orang, dan (5) pengambil keputusan, mengambil sikap posisi kepemimpinan dalam situasi yang menentukan.

Oleh karena itu, dibutuhkan kepemimpinan yang baik, seperti (1) interpreting, mampu menginterpretasikan atau memvisualisasikan suatu kondisi internal maupun eksternal yang akan berdampak pada tim, (2) shaping, mampu memberikan gambaran tentang visi dan strategi  untuk memberikan arti bagi kerja tim, (3) mobilising, mampu memobilisasi para individu dalam tim dengan ide, kemampuan dan nilai masing-masing anggota yang  berbeda  untuk membangun sebuah tim, dan (4) inspiring, mampu memberikan inspirasi kepada orang dalam mencapai hasil. (*)



[1]  Disampaikan dalam Kegiatan LKTD bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi, di Anjungan Prodi Pendidikan Ekonomi, Universitas Flores Jalan Sam Ratulangi Ende, Kamis, 26 Mei 2021.

[2] Wakil Dekan Akademik FKIP Universitas Flores, Dosen tetap Prodi PBSI Universitas Flores.