Halaman

Tampilkan postingan dengan label latar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label latar. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 06 Mei 2023

Nilai Pendidikan dalam Sastra

 

Kehidupan manusia yang kian berkembang memaksa manusia itu sendiri saling bersaing merespon kemajuan dunia tersebut. Fenomena ini nyata, ketika perubahan-perubahan kehidupan yang hadir sebagai bukti perkembangan dan kemajuan zaman dimaksud menyata dalam realitas keseharian kita. Misalnya, dengan kemajuan alat-alat transportasi semakin memudahkan mobilisasi manusia dari satu tempat ke tempat yang lain. Akselerasi arus informasi yang semakin memadai, menjadikan dunia ini semakin kecil, sempit dan mudah dijangkau. Kejadian yang terjadi di belahan dunia manapun dapat kita amati, bahkan kita saksikan secara langsung pada belahan dunia yang lain. Inilah bukti bahwa manusia selalu berusaha mencari dan menemukan jalan keluar permasalahan dalam kehidupannya, sekaligus memberikan warna atau batas tertentu pergantian dan perubahan suatu zaman.

Terlepas dari perspektif positip atas kemajuan yang telah dicapai manusia, kemajuan-kemajuan yang disebutkan di atas mendatangkan malapetaka baru, apabila diteropong dari perspektif negatif. Beberapa kasus yang belakangan ini ramai diberitakan lewat berbagai media massa cetak, maupun elektronik, antara lain, pemerkosaan anak di bawah umur, perkelahian antargeng, perang tanding antardesa, tawuran antarpelajar, pembunuhan secara sadis orang yang tak bersalah, dan sebagainya, menggugat nurani kita untuk bertanya: di manakah nilai seorang manusia itu?Namun, yang pasti bahwa  perilaku-perilaku negatif yang timbul demikian semakin “menantang” peran kita (orang tua, sekolah, dan masyarakat) untuk merapatkan barisan demi memberikan peran dan tanggung jawab secara lebih terarah dan berkesinambungan. Belum cukup di sana lingkungan yang kurang bersahabat turut memperparah pengendapan nilai yang sedang dikunyah generasi muda.

Nilai dalam Sastra

Menjamurnya tempat-tempat hiburan, penayangan berbagai adegan kejam lagi panas lewat televisi dan laser disc, merupakan contoh kasus yang tak pelak lagi didengar. Terhadap realitas yang kian mengkhawatirkan generasi muda ini tentunya langkah-langkah bijak perlu ditempuh untuk meminimalisir segala kerusuhan dan tindak kejahatan yang diduga telah turut memberikan kontribusi negatif, bahkan menurunkan degradasi moral anak bangsa. 

Karya sastra adalah karya yang kreatif bukan semata-mata imajinatif. Kreatif dalam karya sastra berarti ciptaan dari tidak ada menjadi ada. Jika kesusastraan mengandung isi, sering dianggap sebagai karya sastra yang tidak bernilai. Dalam karya sastra khususnya novel merupakan karya yang naratif dengan mengandalkan kekuatan imajinasi dalam proses penciptaannya. Dalam novel terdapat unsur intrinsik seperti tema, latar, penokohan, gaya bahasa, diksi. Setiap unsur dalam karya sastra saling berkaitan dan mempunyai hubungan dengan unsur lain. Sastra tidak sekedar bahasa yang dituliskan atau diucapkan. Ia tidak sekedar cerminan bahasa, akan tetapi bahasa yang mengandung makna yang lebih. Ia mempunyai nilai-nilai yang memperkaya rohani dan mutu kehidupan. Meski keselarasan yang ada dalam karya sastra tidak secara otomatis berhubungan dengan keselarasan yang ada dalam masyarakat tempat sastra itu lahir. Karya sastra adalah karya yang otonomi, yang lebih kurang terlepas dari aspek di luar karya itu.

 Novel Sayap-Sayap Patah ini merupakan salah satu karya dari banyaknya karya yang ditulis oleh seorang pengarang terkenal, yang namanya sudah tidak asing lagi di dunia sastra. Ia adalah Kahlil Gibran. Novel ini sudah terkenal di dunia bahkan pernah menjadi buku terlaris di dunia.Novel Sayap-Sayap Patah mengupas kehidupan pengarangnya sendiri di masa lalunya dengan gemilang dan terbuka. Nilai-nilai sastra yang ada dalam novel ini merupakan kehidupan keseharian seorang Gibran sendiri sebagai novel yang mengandung unsur religusnya.

Novel adalah cerita yang berbentuk prosa yang menggambarkan pengalaman hidup seseorang atau suatu kelompok yang melukiskan watak, sifat dan perilaku. Secara garis besar, novel mempunyai dua unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intinsik adalah unsur yang membangun karya sastra seperti tema, latar, penokohan, gaya bahasa, alur, diksi, dan amanat. Unsur ekstrinsik adalah segala unsur yang berada  di luar karya sastra dan ikut mempengaruhi karya sastra tersebut seperti faktor kebudayaan, sosial, politik, keagamaan dan tata nilai. Selain dua unsur penting pembangun novel, di dalam sebuah karya sastra prosa (novel), seperti yang akan dianalisis pada bagian ini, juga mengandung berbagai nilai edukatif yang dapat menjadi panduan untuk para pembaca. (*)

Selasa, 14 Maret 2023

Pementasan Drama Teka Iku

 

Sabtu, 09 Januari 2021 mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Flores menyelenggarakan pentas drama cerita rakyat dari Kabupaten Sikka yang berjudul Teka Iku. Drama yang dipentaskan oleh mahasiswa semester V bertempat di Anjungan PBSI Uniflor.

 “Saya memberi apresisasi yang setinggi- tingginya kepada mahasiswa semester V untuk perjuangan sampai pementasan. Banyak kendala dari proses latihan sampai pementasan, namun kuasa Tuhan dan leluhur acara ini berlangsung luar biasa. Beberapa hal positif yang diungkapkan oleh Kaprodi PBSI Dr. Drs. Yosef Demon Bataona, M.Hum., Pertama,  background yang sederhana namun akting dari masing-masing pemeran sangat luar biasa menjadikan panggunannya hidup, kedua, masing-masing pemeran menjiwai perannya, ketiga, busana daerah yang natural, keempat, tata musik dan lampu sangat bagus, namun sedikit redup, yang membuat suasana sedikit gelap dengan latar kain hitam, tetapi semangat benar-benar luar biasa, dan kelima, peran sutradara sangat luar biasa dalam memadu berbagai karakter pemain menjadi utuh.

Drama Teka Iku mengisahkan tentang rakyat kecil yang dijajah, diperas, dipaksa, dan diwajibkan membayar pajak kelapa tiap pohon empat buah tiap tiga bulan. Selama satu tahun 16 buah dan harus dihantar ke pesisir untuk ditanam, dirawat, demi kepentingan Ratu Negeri Belanda dan para raja/ratu tawa tana. Teka Iku muak atas perbuatan dan tingkah laku penjajah yang dijuluki Ata Bura Pikut Saan bersama para penjilat yang juga dikatakan anjing belang penjilat (ahu kela lea tai).

Pementasan drama yang dilakukan sangat bagus. Selama kurang lebih 2 bulan berlatih, mahasiswa mampu menampilkan pementasan yang meriah seperti ini. Apresiasi dari bapak/ ibu dosen pun luar biasa. Saya dapat melihat dan merasakannya ketika mereka sedang berlatih, kerja sama dan rasa kekeluargaan yang sangat erat itu terbangun, dari sutradara dan tim pemain atau pemeran. Pementasan drama dapat memberikan kontribusi nilai hidup terhadap mahasiswa dalam kehidupannya sehari- hari. Dalam ranah pembelajaran drama dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan kepandaian, misalnya dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, kesusastraan, bersifat permainan, memberikan pengertian baru, berlatih gerak, menyanyi, menyesuaikan kata dengan pikiran, rasa, kemauan dan mengajarkan adat sopan santun, demikan Ibu Encys, pengampu dan pelatih drama Teka Iku.  “Semoga kegiatan ini bisa dikemas lebih menarik untuk menjadi nilai jual prodi ke depan”, harap Eta Larasati, dosen PBSI Ende. (Tim Lota PBSI).