Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
bulan berkhianat gosok-gosokan tubuhnya di pucuk-pucuk para
mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu
surai bau keringat
basah, jenawi pun telanjang.
Segenap warga desa mengepung hutan itu
dalam satu pusaran
pulang-balik Atmo Karpo
mengutuki bulan betina
dan nasibnya yang malang
berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri.
Satu demi satu yang
maju tersadap darahnya
penunggang baja dan
kuda mengangkat kaki muka.
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di
mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa
Atmo Karpo masih tegak,
luka tujuh silang.
Hanya padanya seorang
kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi
masih setan ia
menggertak kuda, di
tiap ayun menungging kepala.
Hanya padanya seorang
kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda
muncullah Joko Panndan
segala menyibak bagi
derapnya kuda hitam
ridla dada bagi derunya
dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja
pada langkah ketiga
rubuhlah Atmo Karpo
panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
pesta bulan, sorak-sorai,
anggur darah
Ia telah membunuh
bapanya
Skenarionya:
1.
Jelaskan sedikit saja tentang puisi!
2.
Temukan kata-kata konotatif dalam
puisi tersebut! (kata-kata yang bertanda kuning).
3.
Buatlah gambaran umum tentang puisi
tersebut!
4.
Masalah apa yang ditampilkan penyair
dalam puisi tersebut!
5.
Apa sikap penyair terhadap masalah?
(bermacam-macam: persuasi, simpati, sinis, prihatin, acuh, mengajak,
mempengaruhi, nasihat, petunjuk, dll, tergantung warna puisinya).
6.
Bagaimanakah sikap penyair terhadap
pembaca?
7.
Buatkan kesimpulannya!
8. Bacakan puisi di depan kelas dengan gaya masing-masing!
Pengantar:
Puisi merupakan
sebuah cipta sastra yang universal interpretatif. Ia adalah pergumulan indidual
akan sebuah realitas. Sebuah rekaman mimesis akan segala sesuatu yang terjadi
dalam masyarakat. Tentang kemiskinan, ketidakadilan, dll. Salah satu cara
pembaca menginternalisasikan atau membathinkan sebuah puisi adalah dengan
mengindahkannya, menikmatinya, kemudian menghargainya.
1.
Gambaran
umum puisi Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo
Puisi
Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo, mengisahkan sebuah dunia Atmo Karpo, keserakahan
dan dunia kekerasan yang mesti dijalaninya. Dunia keserakahan tentang hal-hal
duniawi. Dunia kekerasan penuh dendam, benci, dan permusuhan, baik dengan
orang-orang di kampungnya, orang-orang dekat, termasuk dengan anaknya. Atmo
Karpo gagah perkasa dengan dunia kekerasannya memasuki kampung, meskipun
akhirnya binasa juga justru di tangan anaknya sendiri. Bahwa ternyata kekuasaan
acapkali membuat kita kalap dan lupa akan kasih sayang kepada sesama, mungkin
juga terhadap anak.
2.
Masalah
apa yang ditampilkan penyair dalam puisi.
Misalnya:
a. Apakah
kita menginginkan sifat serakah dalam hidup ini?
b. Bagimanakah
perasaan kita ketika mengamati, menyaksikan sebagaian sesame kita hidup dalam
kemiskinan, kemelaratan, sedangkan yang lain bergelimangan harta?
c. Dll.
3.
Apa
sikap penyair terhadap masalah? (bermacam-macam:
persuasi, simpati, sinis, prihatin, acuh, mengajak, mempengaruhi, nasihat,
petunjuk, dll). Sikap penyair di sini adalah marah dengan
ketakberpihakan pemerintah dengan rakyatnya.
4.
Sikap
penyair terhadap pembaca
Sikap penyair terhadap pembaca pada
puisi ini adalah membiarkan pembaca mencoba dan berusaha untuk menafsirkan
pesan secara sendiri-sendiri. Hal ini ditandai dengan penyair menggunakan
kata-kata simbolik dalam puisi tersebut. Pembaca dapat menghubungkannya dengan
situasi sosial yang berada di sekitar kehidupan mereka.
5.
Kesimpulannya
Pengarang puisi hendak membangunkan kesadaran,
nurani, rasa, juga budi kita untuk
saling menghargai kehidupan ini. Misalnya, menjadi pemimpin yang memahami
rakyatnya, mahasiswa yang mengetahui tugasnya, orang tua yang melindungi
anaknya, anak yang menghormati orang tuanya,dll. Dengan demikian, hargailah
hidup, karena hidup ini bersifat sementara dengan perbuatan-perbuatan bajik,
dan bernilai untuk orang lain.
Lab. drama fakultas sastra universitas negeri malang
13 oktober 2010
@lexander bala gawen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar