Tren atau gaya mutakhir (KBBI, 2003) mempersyaratkan bahwa guru sebagai instrumental
input, bahkan sutradara kelas harus ‘selalu’ mengorkestrasi kelas mengikuti
gaya mutakhir pembelajaran. Syarat ini merupakan prioritas agar dalam
pengelolaan dan penyelenggaraan pembelajaran di kelas guru lebih siap dan
matang dalam hal merancang persiapan, pemilihan bahan, metode, maupun parameter
evaluasi untuk mengukur derajat keberhasilan (ketuntasan: KTSP) siswa dalam
belajar. Untuk itu, demi sepadannya
pemberian tunjangan yang cukup memadai di atas, adapun tuntutan yang diberikan
kepada guru, yakni dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta
menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, sebagaimana diamanatkan Pasal 20. Sharing dan transaksi informasi pembelajaran ini akan saya gunakan sebaik
mungkin untuk membagikan kepada Bapak/Ibu, sedikit tentang tren pembelajaran
itu. Tren pembelajaran yang saya sharingkan pada kesempatan ini
berkecenderungan pada tren pembelajaran kontekstual1.
`Kecenderungan
Pemikiran Tentang BelajarPendekatan kontekstual mendasarkan diri pada
kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.1)
Proses Belajar
o Belajar tidak sekedar menghafal, namun
mengkonstruksi pengetahuan.
o Anak belajar dari mengalami, bukan diberi begitu
saja oleh guru.o Pengetahuan yang dimiliki seseorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman tentang sesuatu persoalan (subject matter).o
Pengetahuan
tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta, tetapi mencerminkan keterampilan
yang dapat diterapkan, sehingga siswa dibiasakan memecahkan
masalah.o
Proses belajar dapat mengubah struktur
otak. Untuk itu, strategi belajar yang salah dan terus dipajankan akan
mempengaruhi struktur otak, dan cara seseorang berperilaku.2)
Transfer
Belajar
o Anak belajar dari mengalami, sendiri bukan pemberian
orang lain.
o Keterampilan dan pengetahuan diperluas dari konteks
yang terbatas, sedikit demi sedikit (sedikit-sedikit jadi bukit).o Penting bagi siswa tahu, untuk apa dia belajar, dan
bagaimana dia menggunakan pengetahuan dan keterampilan tersebut.3)
Siswa sebagai
Pembelajar
o Seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar
dengan cepat hal-hal baru. Jadi, Strategi belajar sangat penting.
o Peran guru (orang dewasa) mengubungkan antara yang baru
dengan yang sudah diketahui, sehingga tugas guru adalah memfasilitasi, agar
informasi baru bermakna, guru sebagai sutradara.4)
Pentingnya
Lingkungan Belajar
o Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang
berpusat pada siswa: dari guru akting ke siswa akting.
o Umpan balik penting bagi siswa, yang berasal dari
penilaian yang benar.o Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja
kelompok. 2.
Kecenderungan
Belajar yang KonstruktivistikMenurut
Zahorik (dalam Nurhadi,2009: 7) mengemukakan lima elemen belajar yang
konstrutivistik. Lima elemen ini hendaknya diperhatikan dalam praktik
pembelajaran kontekstual.(1) Pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada (activating
knowledge ).(2) Pemerolehan
pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara saksama keseluruhan dulu,
kemudian memperhatikan detailnya
(acquiring knowledge).(3) Pemahaman
pengetahuan dengan cara menyusun hipotesis, melakukan sharing agar mendapat tanggapan (validasi), dan revisi konsep dan dikembangkan (understanding knowledge ).(4) Mempraktikkan
pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge).(5) Melakukan
refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut (reflecting knowledge).3.
Kecenderungan
Dengan Pembelajaran Kontekstual
Pertama, Konstruktivisme (constructivism)
Siswa dibiasakan memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Dengan dasar
itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi, bukan menerima
pengetahuan. Pandangan konstruktivis, “strategi” memperoleh lebih diutamakan,
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk
itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (1) menjadikan
pengetahuan bermakna dan relevan; (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan
menerapkan idenya sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi
mereka dalam belajar.
Kedua, Menemukan (Inquiry)
Inquiry merupakan
bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa bukan mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang
merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang akan diajarkannya. Siklus inkuiri adalah: (1) observasi (observation); (2) bertanya (questioning;
(3) mengajukan dugaan (hiphotesis;
(4) pengumpulan data (data gathering);
dan penyimpulan (conclusion).
(1) Merumuskan
masalah.Merumuskan
masalah dapat dilakukan melalui mengamati atau melakukan observasi dengan: (a) membaca
buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi; dan (b) mengamati dan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati(2) Menganalisis
dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya
lainnya.Bertujuan
untuk mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman
sekelas, guru, atau audiens dengan
cara: (a) bertanya jawab dengan teman; (b) memunculkan ide-ide baru; (c) melakukan
refleksi; dan (d) menempelkan karya di dinding kelas, majalah sekolah, dsb.Ketiga,
Bertanya (questioning)Pengetahuan
yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Bertanya (questioning) merupakan strategi utama
pembelajaran yang berbasis CTL. Kegiatan bertanya dipandang sebagai kegiatan
untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Questioning dapat diterapkan di kelas
antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru,
antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb.
Keempat,
Masyarakat Belajar (Learning Community)
Learning
Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain. Dua orang anak dapat membentuk learning community. Hasil belajar dapat
diperoleh melalui sharing, antara
teman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di mana saja: di
ruang ini, di kelas ini, di sekolah ini, di sekitar ini, atau orang-orang yang
ada di luar sana, semuanya adalah anggota masyarakat belajar.
Masyarakat-belajar
bisa terjadi apabila ada komunikasi dua arah. Seorang guru yang mengajari
siswanya, bukan contoh masyarakat belajar, karena komunikasi hanya terjadi satu
arah, yakni informasi hanya datang dari guru ke siswa. Dalam masyarakat
belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat pembelajaran saling belajar.
Saling belajar terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi,
tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang
menganggap paling tahu, melainkan semua pihak saling mendengarkan.
Kelima,
Pemodelan (Modelling)
Modelling
maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang bisa ditiru. Model ini bisa berupa cara mengoperasikan komputer,
cara menendang bola, cara malafalkan bahasa Inggris, cara menulis karya ilmiah,
dan sebagainya. Secara sederhana, ada model yang bisa ditiru dan diamati siswa,
sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci. Perlu diingat bahwa dalam
pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang melibatkan siswa. Seorang siswa bisa
ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Di sini,
siswa dikatakan sebagai model, namun, model juga bisa didatangkan dari luar.
Keenam,
Refleksi (Reflection)
Reflection
merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke
belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
baru diterima.
Ketujuh,
Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses
pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang
seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan
ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode
pembelajaran. Karena assessment menekankan
proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Data yang
demikian disebut data autentik.
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu
hasil, dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya. Itulah hakikat
penilaian yang sebenarnya. Namun, perlu dibedakan bahwa, penilaian (assessment)
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian dan kemajuan
belajar siswa, baik perseorangan maupun. Penilaian (evaluasi) merupakan
kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu sistem pendidikan
nasional (PBK, 2002: 3). (*)
Kelima, Pemodelan (Modelling)
Reflection merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar