Saya mengutip pesan Albert Einstein, si
Jenius, teoretikus besar bidang ilmu alam, kepada para mahasiswa California Institute Of Technology (1938).
Pesan ini saya pandang
relevan dengan peristiwa yudisium sarjana FKIP, kelompok anak muda, petualang intelektual berdarah
segar yang dilantik hari ini.
“Saya merasa sangat bahagia melihat
Anda semua di hadapan saya, sekumpulan orang muda yang sedang mekar yang telah
memilih bidang keilmuan sebagai profesi. Saya berhasrat untuk menyanyikan himne
yang penuh puji, dengan refrain kemajuan pesat di bidang keilmuan yang telah
kita capai, dan kemajuan yang lebih pesat lagi yang akan Anda bawakan.
Sesungguhnya kita berada dalam kurun waktu dan tanah air keilmuan” (Suriasumantri,
1999).
Jadilah Sarjana yang Peka
Jadilah sarjana baru yang peka dan
memiliki rasa percaya diri tinggi untuk menyongsong masa depan, bukan sarjana
yang takut untuk keluar dari kampus. Jadilah sarjana yang senantiasa menyadari
kemampuan yang dimiliki, sehingga betapapun kerasnya kompetisi di luar, yang
akan Anda hadapi, yakinlah dan bangun rasa optimisme bahwa Anda pasti bisa. Dengan demikian, Anda menghindari
rasa pesimistis karena itu membunuh semangat dan kreativitas Anda. Mulailah dari hal yang sederhana,
sebagaimana orang bisa berkata-kata sekarang karena memang dimulai dengan
mengeja huruf-huruf. Atau sebagaimana Anda menjadi seperti sekarang karena
Anda pernah berproses dari dahulu kala. Anda
pun demikian. Mulailah dengan prinsip coba dan gagal, dan hindari sikap putus asa.
Saya
kembali meneruskan pesan si
Jenius, Albert Einstein, peraih nobel
untuk sumbangannya dalam bidang ilmu fisika, buat Anda yang akan
terpencar ke segala penjuru, pelosok desa, dan sudut kota demi aplikasi
pekerjaan kemanusiaan.
“Adalah
tidak cukup bahwa kamu memahami ilmu agar pekerjaanmu akan meningkatkan berkah
manusia. Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu
merupakan minat utama dari semua ikhtiar teknis, perhatian kepada masalah besar
yang tak kunjung terpecahkan dari pengaturan kerja dan pemerataan benda–agar
buah ciptaan dari pemikiran kita akan merupakan berkah dan bukan kutukan
terhadap kemanusiaan. Janganlah kau lupakan hal ini di tengah tumpukan diagram
dan persamaan”. (Suriasumantri, 1999). (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar