Halaman

Tampilkan postingan dengan label PBSI Uniflor. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PBSI Uniflor. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 Oktober 2022

Prodi PBSI Universitas Flores Ende Selenggarakan Lokakarya Pembuatan Modul Pengajaran

Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Flores Ende menyelenggarakan Lokakarya Pembuatan Modul Pengajaran Berbasis Muatan Lokal, pada Selasa, 18 Oktober 2022, bertempat di Gedung PBSI Universitas Flores, Jalan Sam Ratulangi Ende. Lokakarya menghadirkan narasumber Dr. Yoseph Yapi Taum, M,Hum., Ketua Program Magister Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Saat membuka lokakarya Dr. Drs.Yosef Demon Bataona, M.Hum., Ketua Prodi PBSI Universitas Flores mengungkapkan bahwa kegiatan ini ibarat singgah di setiap hentian untuk menambah energi akademik. Menurutnya, lokakarya ini menjadi hentian dimaksud. “Saya berharap agar para dosen menyisahkan sedikit waktu untuk mengemas modul pengajaran dalam semester ini.”, demikian harap Yos, agar lokakarya yang dilaksanakan ini memiliki tindak lanjut yang bermanfaat bagi pembelajaran di kelas.

Di awal pemaparannya Dr. Yoseph Yapi Taum, M,Hum., mengajukan sebuah pertanyaan yang menantang tentang apakah orang Flores maupun NTT memiliki satu semangat atau spiritualitas yang sama sebagai pemersatu anak-anak di kawasan ini? Semangat dan spiritualitas itu menjadi semacam grand naratif bagi generasi di kawasan ini untuk belajar dan mengetahui khazanah pengetahuan dan kekayaan dalam masyarakat kita. Menurut Yos Yapi Taum, putra Lembata yang adalah dosen di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, selain ikatan politik dan administratif pemerintahan, kita berharap agar ikatan pengetahuan perlu dikembangkan agar generasi yang akan datang menjadi generasi yang saling mencintai. Terdapat banyak ikatan sosial yang tercecer yang dapat diramu dan dikembangkan, dan menurutnya aspek bahasa dan sastra menjadi hal yang paling mungkin untuk dikembangkan. Tentu ini butuh keputusan politik. Yos Yapi Taum mencontohkan, jika dalam satu kabupaten terdapat beberapa bahasa, maka salah satu bahasa musti disepakati menjadi official language, dan dapat digunakan pada semua sektor kehidupan di wilayah tersebut. Lagi-lagi, beliau menegaskan tentang pentingnya keputusan politik, yang tentunya melalui riset yang mendalam.

Dalam konteks inilah, Yos Yapi Taum menyarankan agar dalam pengambilan keputusan perlu melibatkan triple helix (sinergitas pemerintah, universitas, dan pengusaha/industri). Dalam aspek sastra, misalnya jika aneka karya sastra dalam berbagai bentuk yang hidup dan berkembang dalam masyarakat kita ditulis dengan baik dan dijadikan sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah, tentu merupakan sebuah kemajuan. Berbagai bentuk karya tersebut wajib diketahui oleh para siswa tanpa mempertimbangkan dari mana dia berasal. Dengan begitu, konstruksi kefloresan, bahkan kenttan, dan relasi kohesivitas sosial akan menjadi semakin kuat. Pada akhir pemaparannya, Yos Yapi Taum berharap agar para akademisi memulai visi ini melalui penulisan modul-modul pengajaran dengan basis obyek lokal berkenaan dengan apa yang ada dalam masyarakat kita.

Pada sesi berikutnya, Yos Yapi Taum berkesempatan pula membagi ilmunya tentang proses kreatif kepada para mahasiswa sebagai upaya membumikan kegiatan literasi. (*)

Muat di Berita Jatim 21 Oktober 2022

Kamis, 24 Februari 2022

Bahasa-bahasa Lokal: Warisan Nilai dan Strategi Pelestariannya


    Kamis, 10 Desember 2020, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Flores, Ende menyelenggarakan Webinar Nasional bertema "Bahasa-bahasa Lokal: Warisan Nilai dan Strategi Pelestariannya". Tema ini aktual dan selalu relevan dalam setiap perbincangan, jika kita hendak menelisik keberadaan kita sebagai individu dan anggota komunitas atau masyarakat. 

    Jika kita semua lebih sedikit tenang dan sabar merunut dan merenungi perjalanan peradaban kita, maka kita sepakat bahwa "bahasa-bahasa lokal" merupakan bagian sejarah intelektual, bahkan telah menjadi artefak dari pikiran manusia. Hanya manusialah yang mampu menciptakan artefak untuk ditinggalkan kepada generasi muda melalui khazanah budaya, bahasa, dan sastra. Dengan demikian, artefak tidak sekadar benda, melainkan hasil pikiran manusia.

Sebagai masyarakat yang multietnik sekaligus multilingual, kita diharapkan untuk menggembur dan menyuburkan kembali eksistensi bahasa-bahasa lokal yang menjadi identitas kultural. Sebab, di dalamnya mengandung kekayaan nilai dan fungsi-fungsi simbolik yang menjadi modal sosial masyarakat penuturnya. Dengan begitu, kita dan generasi masa depan tetap kokoh, serta tidak akan mengalami ketercerabutan akar lokal yang berdampak pada kegoyahan jati diri di tngkat lokal maupun nasional. Alasan historis dan kultural tersebutlah menjadi daya dorong dan rasionalisasi, mengapa panitya memilih "Bahasa-bahasa Lokal" sebagai tema Webinar Nasional. 

Saat kegiatan, para peserta Webinar Nasional berterima kasih karena bisa bertemu dan berdiskusi dengan para expert dalam bidang budaya, bahasa, dan sastra. Antara lain, (1) Prof. Dr. Simon Sabon Ola, M.Hum., dari Undana Kupang, (2) Prof. Dr. Oktavianus, M.Hum., (3) Prof. Dr. Aron Meko Mbete daru Universitas Warmadewa Bali, (4) Dr. Simon Sira Padji , M.A., dari Universitas Flores, (5) Stefen Danerek, P.Hd, peneliti dari Lund University Swedia, (6) Prof. Dr. Made Budiarsa, M.A., dan (7) Dr. Willem Burung, seorang peneliti bahasa-bahasa Trans-New Guinea di Papua.

Terima kasih untuk semua peserta Webinar yang telah mengambil bagian dalam kegiatan tersebut. Program Studi PBSI Universitas Flores tetap punya komitmen untuk melestarikan budaya, bahasa, dan sastra lokal seirama dengan visi Uniflor menjadi Mediator Budaya. (*)