Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Flores Ende menyelenggarakan Lokakarya Pembuatan Modul Pengajaran Berbasis Muatan Lokal, pada Selasa, 18 Oktober 2022, bertempat di Gedung PBSI Universitas Flores, Jalan Sam Ratulangi Ende. Lokakarya menghadirkan narasumber Dr. Yoseph Yapi Taum, M,Hum., Ketua Program Magister Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Saat membuka lokakarya
Dr. Drs.Yosef Demon Bataona, M.Hum., Ketua Prodi PBSI Universitas Flores
mengungkapkan bahwa kegiatan ini ibarat singgah di setiap hentian untuk
menambah energi akademik. Menurutnya, lokakarya ini menjadi hentian dimaksud. “Saya
berharap agar para dosen menyisahkan sedikit waktu untuk mengemas modul
pengajaran dalam semester ini.”, demikian harap Yos, agar lokakarya yang
dilaksanakan ini memiliki tindak lanjut yang bermanfaat bagi pembelajaran di
kelas.
Di awal
pemaparannya Dr. Yoseph Yapi Taum, M,Hum., mengajukan sebuah pertanyaan yang
menantang tentang apakah orang Flores maupun NTT memiliki satu semangat atau
spiritualitas yang sama sebagai pemersatu anak-anak di kawasan ini? Semangat
dan spiritualitas itu menjadi semacam grand
naratif bagi generasi di kawasan ini untuk belajar dan mengetahui khazanah
pengetahuan dan kekayaan dalam masyarakat kita. Menurut Yos Yapi Taum, putra
Lembata yang adalah dosen di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, selain
ikatan politik dan administratif pemerintahan, kita berharap agar ikatan
pengetahuan perlu dikembangkan agar generasi yang akan datang menjadi generasi yang
saling mencintai. Terdapat banyak ikatan sosial yang tercecer yang dapat diramu
dan dikembangkan, dan menurutnya aspek bahasa dan sastra menjadi hal yang
paling mungkin untuk dikembangkan. Tentu ini butuh keputusan politik. Yos Yapi
Taum mencontohkan, jika dalam satu kabupaten terdapat beberapa bahasa, maka
salah satu bahasa musti disepakati menjadi official
language, dan dapat digunakan pada semua sektor kehidupan di wilayah
tersebut. Lagi-lagi, beliau menegaskan tentang pentingnya keputusan politik,
yang tentunya melalui riset yang mendalam.
Dalam konteks
inilah, Yos Yapi Taum menyarankan agar dalam pengambilan keputusan perlu
melibatkan triple helix (sinergitas
pemerintah, universitas, dan pengusaha/industri). Dalam aspek sastra, misalnya
jika aneka karya sastra dalam berbagai bentuk yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat kita ditulis dengan baik dan dijadikan sebagai muatan lokal di
sekolah-sekolah, tentu merupakan sebuah kemajuan. Berbagai bentuk karya
tersebut wajib diketahui oleh para siswa tanpa mempertimbangkan dari mana dia
berasal. Dengan begitu, konstruksi kefloresan, bahkan kenttan, dan relasi
kohesivitas sosial akan menjadi semakin kuat. Pada akhir pemaparannya, Yos Yapi
Taum berharap agar para akademisi memulai visi ini melalui penulisan
modul-modul pengajaran dengan basis obyek lokal berkenaan dengan apa yang ada
dalam masyarakat kita.
Pada sesi
berikutnya, Yos Yapi Taum berkesempatan pula membagi ilmunya tentang proses
kreatif kepada para mahasiswa sebagai upaya membumikan kegiatan literasi. (*)
Muat di Berita Jatim 21 Oktober 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar