Halaman

Jumat, 29 Desember 2017

Peluncuran Buku Inspirasi Almamater: Antologi Puisi Komunitas Puisi Jelata Universitas Flores




Geliat sastra di Flores kota Bunga, secara khusus, di kota Ende, kota Pancasila belakangan ini tengah bergairah. Lahirnya komunitas sastra di kota-kota di Flores, termasuk Ende adalah tanda betapa sastra sangat dibutuhkan oleh masyarakat pembaca dalam menanggapi dan memaknai hidup. Sastra semacam jalan, tapak kaki yang meninggalkan bekas, dan bekas tapak kaki itulah makna terdalam yang musti diapresiasi. Satu indikator kemajuan bersastra adalah lahirnya karya-karya sastra, entah puisi, cerpen, drama.

Komunitas Jelata

Universitas Flores sebagai lembaga pendidikan tinggi turut ambil bagian dalam proses mendidik dan membimbing calon penulis sastra yang baik. Salah satu hasil bersastra yang dituai ketika Komunitas Sastra Jejak Langkah Kita (JeLaTa) Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Flores, Jumad, 17 Februari 2017, bertempat di Anjungan PBSI Uniflor meluncurkan karya sastra mahasiswa dengan judul Inspirasi Almamater: Antologi Puisi Komunitas Puisi Jelata Universitas Flores. Peluncuran dihadiri oleh Ketua Umum Yapertif Dr. Laurentius D. Gadi Djou, M.Akt., Ketua Program Studi PBSI Sr. Imelda Oliva Wissang, S.Pd.,M.Pd., Penanggung Jawab penerbitan, dan editor Drs. Yohanes Sehandi, M.Si., para dosen dan ratusan mahasiswa.
Ketua Prodi Imelda Oliva Wissang, S.Pd.,M.Pd., dalam sapaan pembukanya di hadapan sedikitnya 200-an peserta diskusi menyampaikan kebanggaan dan apresiasi atas satu capaian mahasiswa. “Ini sebuah perjuangan. Suatu capaian dan jerih payah dalam merekonstruksi teori ke dalam praktik yang patut diapresiasi. Bahwa mahasiswa sebagai generasi muda mampu menuliskan isi pikirannya. Puisi-puisi yang ditulis oleh mahasiswa dalam buku antologi ini merupakan karya kreatif dan ungkapan hati tentang beraneka hal. Saya memberikan apresiasi yang dalam atas terbitnya karya ini sambil tetap terus mendorong lahirnya karya-karya berikut”, harapnya.
Selanjutnya, Drs. Yohanes Sehandi, M.Si., penanggung jawab penerbitan, dan editor buku antologi menjelaskan proses seleksi hingga terbitnya naskah. Terdapat 54 nama penyumbang puisi dalam antologi Inspirasi Almamater, terdiri dari 42 orang penulis perempuan, dan 12 orang penulis pria. Seleksi terhadap puisi dilakukan oleh para pengurus Komunitas Puisi Jelata didampingi oleh dua dosen Prodi PBSI yaitu Rosa Dalima Bunga dan Sr. Imelda Oliva Wissang. Menurut Yan Sehandi, editor hanya melakukan pengeditan bahasa dan lay out, terutama pengeditan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Katanya, Antologi Inspirasi Almamateradalah buku yang ketiga yang diterbitkan oleh Prodi PBSI. Pertama, buku Pesona Indonesiaku: Antologi Puisi Anak Sekolah Dasar Kota Ende, Editor Imelda Oliva Wissang, diterbitkan atas kerja sama dengan Penerbit Nusa Indah Ende, 2013. Buku ini merupakan antologi puisi hasil lomba penulisan puisi siswa SD se-kota Ende pada waktu peringatan Bulan Bahasa Oktober 2012 yang diselenggarakan Program Studi PBSI Universitas Flores,
Kedua, buku Wajah Indonesiaku: Antologi Cerpen Siswa SMA Flores Lembata, Editor Imelda Oliva Wissang, Yohanes Sehandi dan Veronika Genua, diterbitkan atas kerja sama dengan Penerbit Aditya Media, Yogyakarta, 2014. Buku ini berisi 18 cerpen siswa SMA sedaratan Flores Lembata yang mengikuti lomba penulisan cerita pendek pada peringatan Bulan Bahasa Oktober 2013. Buku ketiga Inspirasi Almamater: Antologi Puisi Komunitas Puisi Jelata Universitas Floresadalah hasil kreativitas mahasiswa PBSI angkatan 2013 yang tergabung dalam Komunitas Puisi JeLaTa. Buku antologi ini diberi Prolog oleh Maria Marieta Bali Larasati, dosen kritik sastra dan epilog oleh Imelda Oliva Wissang, Ketua Program Studi PBSI sekaligus dosen Apresiasi dan Kajian Puisi. Menurut Yan Sehandi, prolog dan epilog dalam antologi ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi para pembaca untuk dapat menikmati puisi-puisi yang terhimpun dalam antologi..
Usai sesi peluncuran dilanjutkan dengan diskusi buku dengan menghadirkan empat pembicara, yaitu Pater Amandus Klau, SVD., Gratiana Sama, S.Pd.,M.Hum., Dra. M.M. Bali Larasati, M.Hum., dan Beatrix Aran.
Pater Amandus Klau, SVD., dalam pemaparannya berangkat dari pendapat Plato yang mengatakan bahwa karya sastra kabur dan bernilai rendah. Namun demikian, sebuah karya sastra mesti dibongkar untuk memberikan bobot sekaligus menemukan makna terdalam lahirnya sebuah karya sastra, Bobot itu dapat mencerminkan realitas yang sesungguhnya, entah dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, kemanusiaan, dan alam semesta. Dalam konteks itulah, menurut dosen Jurnalistik pada Prodi PBSI dan editor HU Flores Pos ini, bila dibongkar, sekurang-kurangnya terdapat lima makna inspiratif dari antologi ini, antara lain makna waktu dan kebebasan, makna persahabatan, makna keberimanan, makna politik, dan makna postmodern. Makna-makna ini menggambarkan eksistensi mahasiswa idealis yang terus mencari dan mencari. Itulah sebabnya, hemat Pater Amandus, proses mencari adalah sebuah sikap menemukan identitas dan jati diri, kendati itu dalam cipta sastra.
Gratiana Sama, S.Pd.,M.Hum., melihat lahirnya antologi ini sebagai sebentuk ekspresi kerinduan mahasiswa akan berbagai rasa dan cinta. Gratiana yang juga dosen Prodi Sastra Inggris Uniflor ini, menandaskan kerinduan adalah soal hasrat dalam hidup yang mesti diperjuangkan setiap kita. Salah satu perjuangan dalam cara pandang mahasiswa adalah menulis puisi. Dan, mahasiswa telah memberikan andil untuk mengawetkan kerinduan-kerinduan yang terpendam itu dalam bentuk antologi. Sebuah langkah positif yang saya apresiasi karena menulis, bagi saya bermakna abadi. Walaupun ekspresi kerinduan itu masih terbatas pada iman, sosok ibu, situasi sedih, lingkungan almamater, situasi politik, namun itulah suatu rentang dan babak kehidupan yang menggambarkan keberadaan para penulis (mahasiswa).
Dra. M.M. Bali Larasati, M.Hum., menyoroti kehadiran Inspirasi Almamter dari terminologi “sastra wangi” yang menebarkan aroma inspirasi yang lahir dari kedalaman nubari ”alma”, ibu atas kehidupan. Menurutnya, puisi-puisi di dalamnya menyebarkan aroma harum mewangi yang mesti terus-menerus digairahkan melalui kegiatan membaca sastra dan menulis sastra. “Tentu Anda jangan puas dan berhenti menulis. Pengamatan saya, mahasiswa belum optimal menggunakan perpustakaan secara baik untuk menggali dan mendapatkan informasi yang utuh tentang sastra. Akibat kemajuan teknologi dengan bantuan media elektronik yang pesat, mahasiswa lebih suka membaca potongan-potongan informasi melalui internet. Perpustakaan, baru banyak dikunjungi mahasiswa pada saat hendak menulis skripsi. Padahal, seorang penulis puisi yang baik adalah juga seorang pembaca sastra yang baik, ” ujar Ibu Eta yang dosen kritik sastra ini.

Menulis Sebagai Proses Gerak Hati

Menurut Eta, menulis puisi adalah proses gerak hati, pikiran dan kekayaan imajinasi. Pengalaman menghayati proses inilah melahirkan empat manfaat bagi seorang penulis. Pertama, sebagai alat ekspresi diri, suasana dan pengalaman batin, rasa suka, duka, bebas, tertekan, galau, frustrasi, bahagia, berontak, dan lain-lain. Kedua, menulis puisi sebagi alat memahami secara lebih jelas danmendalam ide-ide yang ditulisnya. Ketiga, sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap lingkungan sekitarnya. Keempat, alat untuk terlibataktif dalam kegiatan bersastra. Dengan pengalaman bersastra kreatif inilah, mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang ilmu sastra dan apresiasi sastra, tetapi juga pengalaman proses kreatif.
Mewakili teman-teman penulis, Beatrix Aran menyampaikan terima kasih atas berbagai konsep dan ilmu sastra yang diperoleh dari para dosen. “Saya mengucapkan terima kasih. Ilmu sastra yang kami peroleh, mengendap, dan terartikulasi dalam aneka rasa puisi dalam antologi ini. Tentu kami masih membutuhkan petunjuk dan dampingan para dosen untuk proses kreatif kami selanjutnya.”
“Tugas kita semua adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlewatkan dalam diskusi ini pada setiap perjumpaan kita di dalam proses perkulihan. Satu yang penting kita mesti terus berproses dalam berbagai karya sastra, karena demikianlah yang bisa kita baktikan untuk masyarakat” tandas Falentinus Bata, moderator diskusi siang itu. Salam Almamater.*









[1] Disari dari kegiatan Peluncuran Inspirasi Almamater: Antologi Puisi Komunitas Puisi Jelata Universitas Flores oleh Komunitas Sastra Jejak Langkah Kita (JeLaTa) Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Flores, Jumad, 17 Februari 2017, bertempat di Anjungan PBSI Uniflor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar