Geliat sastra di
Flores kota Bunga, secara khusus, di kota Ende, kota Pancasila belakangan ini
tengah bergairah. Lahirnya komunitas sastra di kota-kota di Flores, termasuk
Ende adalah tanda betapa sastra sangat dibutuhkan oleh masyarakat pembaca dalam
menanggapi dan memaknai hidup. Sastra semacam jalan, tapak kaki yang
meninggalkan bekas, dan bekas tapak kaki itulah makna terdalam yang musti
diapresiasi. Satu indikator kemajuan bersastra adalah lahirnya karya-karya
sastra, entah puisi, cerpen, drama.
Komunitas Jelata
Universitas
Flores sebagai lembaga pendidikan tinggi turut ambil bagian dalam proses mendidik
dan membimbing calon penulis sastra yang baik. Salah satu hasil bersastra yang
dituai ketika Komunitas Sastra Jejak Langkah Kita (JeLaTa) Program Studi (Prodi)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Flores, Jumad, 17
Februari 2017, bertempat di Anjungan PBSI Uniflor meluncurkan karya sastra mahasiswa dengan judul Inspirasi
Almamater: Antologi Puisi Komunitas Puisi
Jelata Universitas Flores. Peluncuran dihadiri oleh Ketua Umum Yapertif Dr.
Laurentius D. Gadi Djou, M.Akt., Ketua Program Studi PBSI Sr. Imelda Oliva
Wissang, S.Pd.,M.Pd., Penanggung Jawab
penerbitan, dan editor Drs. Yohanes Sehandi, M.Si., para dosen dan ratusan
mahasiswa.
Ketua Prodi
Imelda Oliva Wissang, S.Pd.,M.Pd., dalam sapaan
pembukanya di
hadapan sedikitnya 200-an peserta diskusi menyampaikan kebanggaan dan apresiasi atas satu capaian mahasiswa. “Ini
sebuah perjuangan. Suatu capaian dan jerih payah
dalam merekonstruksi teori ke dalam praktik yang patut diapresiasi. Bahwa mahasiswa sebagai generasi muda mampu menuliskan isi
pikirannya. Puisi-puisi yang ditulis oleh mahasiswa dalam buku antologi ini
merupakan karya kreatif dan ungkapan hati tentang beraneka hal. Saya memberikan
apresiasi yang dalam atas terbitnya karya ini sambil tetap terus mendorong
lahirnya karya-karya berikut”, harapnya.
Selanjutnya,
Drs. Yohanes Sehandi, M.Si., penanggung jawab penerbitan,
dan editor buku antologi menjelaskan proses seleksi
hingga terbitnya naskah. Terdapat 54 nama penyumbang puisi dalam antologi Inspirasi Almamater, terdiri dari 42
orang penulis perempuan, dan 12 orang penulis pria. Seleksi terhadap puisi
dilakukan oleh para pengurus Komunitas Puisi Jelata didampingi oleh dua dosen
Prodi PBSI yaitu Rosa Dalima Bunga dan Sr. Imelda Oliva Wissang. Menurut Yan
Sehandi, editor hanya melakukan pengeditan bahasa dan lay out, terutama pengeditan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD). Katanya, Antologi Inspirasi Almamateradalah buku yang ketiga yang diterbitkan oleh
Prodi PBSI. Pertama, buku Pesona Indonesiaku:
Antologi Puisi Anak Sekolah Dasar Kota Ende, Editor Imelda Oliva Wissang, diterbitkan atas kerja sama dengan Penerbit
Nusa Indah Ende, 2013. Buku ini merupakan antologi puisi hasil lomba penulisan
puisi siswa SD se-kota Ende pada waktu peringatan Bulan Bahasa Oktober 2012
yang diselenggarakan Program Studi PBSI Universitas Flores,
Kedua, buku Wajah
Indonesiaku: Antologi Cerpen Siswa SMA Flores Lembata, Editor Imelda Oliva
Wissang, Yohanes Sehandi dan Veronika Genua, diterbitkan atas kerja sama dengan
Penerbit Aditya Media, Yogyakarta, 2014. Buku ini berisi 18 cerpen siswa SMA
sedaratan Flores Lembata yang mengikuti lomba penulisan cerita pendek pada
peringatan Bulan Bahasa Oktober 2013. Buku ketiga Inspirasi Almamater: Antologi
Puisi Komunitas Puisi Jelata Universitas Floresadalah hasil kreativitas mahasiswa PBSI angkatan 2013 yang tergabung
dalam Komunitas Puisi JeLaTa. Buku antologi ini diberi Prolog oleh Maria
Marieta Bali Larasati, dosen kritik sastra dan epilog oleh Imelda Oliva
Wissang, Ketua Program Studi PBSI sekaligus dosen Apresiasi dan Kajian Puisi. Menurut Yan
Sehandi, prolog dan epilog dalam antologi ini diharapkan dapat memberikan
gambaran bagi para pembaca untuk dapat menikmati puisi-puisi yang terhimpun
dalam antologi..
Usai sesi peluncuran dilanjutkan dengan diskusi buku dengan
menghadirkan empat pembicara, yaitu Pater Amandus Klau, SVD., Gratiana Sama,
S.Pd.,M.Hum., Dra. M.M. Bali Larasati, M.Hum., dan Beatrix Aran.
Pater Amandus
Klau, SVD., dalam pemaparannya berangkat dari pendapat Plato yang mengatakan
bahwa karya sastra kabur dan bernilai rendah. Namun demikian, sebuah karya
sastra mesti dibongkar untuk memberikan bobot sekaligus menemukan makna
terdalam lahirnya sebuah karya sastra, Bobot itu dapat mencerminkan realitas
yang sesungguhnya, entah dalam hubungannya dengan Sang Pencipta, kemanusiaan,
dan alam semesta. Dalam konteks itulah, menurut dosen Jurnalistik pada Prodi
PBSI dan editor HU Flores Pos ini, bila dibongkar, sekurang-kurangnya terdapat
lima makna inspiratif dari antologi ini, antara lain makna waktu dan kebebasan,
makna persahabatan, makna keberimanan, makna politik, dan makna postmodern. Makna-makna
ini menggambarkan eksistensi mahasiswa idealis yang terus mencari dan mencari.
Itulah sebabnya, hemat Pater Amandus, proses mencari adalah sebuah sikap
menemukan identitas dan jati diri, kendati itu dalam cipta sastra.
Gratiana Sama,
S.Pd.,M.Hum., melihat lahirnya antologi ini sebagai sebentuk ekspresi kerinduan
mahasiswa akan berbagai rasa dan cinta. Gratiana yang juga dosen Prodi Sastra Inggris Uniflor ini, menandaskan kerinduan adalah soal
hasrat dalam hidup yang mesti diperjuangkan setiap kita. Salah satu perjuangan dalam
cara pandang mahasiswa adalah menulis puisi. Dan, mahasiswa telah memberikan
andil untuk mengawetkan kerinduan-kerinduan yang terpendam itu dalam bentuk
antologi. Sebuah langkah positif yang saya apresiasi karena menulis, bagi saya
bermakna abadi. Walaupun ekspresi kerinduan itu masih terbatas pada iman, sosok
ibu, situasi sedih, lingkungan almamater, situasi politik, namun itulah suatu rentang
dan babak kehidupan yang menggambarkan keberadaan para penulis (mahasiswa).
Dra. M.M. Bali
Larasati, M.Hum., menyoroti kehadiran Inspirasi
Almamter dari terminologi “sastra wangi” yang menebarkan aroma inspirasi
yang lahir dari kedalaman nubari ”alma”, ibu atas kehidupan. Menurutnya,
puisi-puisi di dalamnya menyebarkan aroma harum mewangi yang mesti
terus-menerus digairahkan melalui kegiatan membaca sastra dan menulis sastra. “Tentu
Anda jangan puas dan berhenti menulis. Pengamatan saya, mahasiswa belum optimal
menggunakan perpustakaan secara baik untuk menggali dan mendapatkan informasi
yang utuh tentang sastra. Akibat kemajuan teknologi dengan bantuan media
elektronik yang pesat, mahasiswa lebih suka membaca potongan-potongan informasi
melalui internet. Perpustakaan, baru banyak dikunjungi mahasiswa pada saat
hendak menulis skripsi. Padahal, seorang penulis puisi yang baik adalah juga
seorang pembaca sastra yang baik, ” ujar Ibu Eta yang dosen kritik sastra ini.
Menulis Sebagai Proses Gerak Hati
Menurut Eta,
menulis puisi adalah proses gerak hati, pikiran dan kekayaan imajinasi.
Pengalaman menghayati proses inilah melahirkan empat manfaat bagi seorang
penulis. Pertama, sebagai alat
ekspresi diri, suasana dan pengalaman batin, rasa suka, duka, bebas, tertekan,
galau, frustrasi, bahagia, berontak, dan lain-lain. Kedua, menulis puisi sebagi alat memahami secara lebih jelas
danmendalam ide-ide yang ditulisnya. Ketiga,
sebagai alat untuk meningkatkan kesadaran diri terhadap lingkungan sekitarnya. Keempat, alat untuk terlibataktif dalam
kegiatan bersastra. Dengan pengalaman bersastra kreatif inilah, mahasiswa tidak
hanya memperoleh pengetahuan tentang ilmu sastra dan apresiasi sastra, tetapi
juga pengalaman proses kreatif.
Mewakili
teman-teman penulis, Beatrix Aran menyampaikan terima kasih atas berbagai
konsep dan ilmu sastra yang diperoleh dari para dosen. “Saya mengucapkan terima
kasih. Ilmu sastra yang kami peroleh, mengendap, dan terartikulasi dalam aneka
rasa puisi dalam antologi ini. Tentu kami masih membutuhkan petunjuk dan dampingan
para dosen untuk proses kreatif kami selanjutnya.”
“Tugas kita
semua adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlewatkan dalam diskusi ini
pada setiap perjumpaan kita di dalam proses perkulihan. Satu yang penting
kita mesti terus berproses dalam berbagai karya sastra, karena demikianlah yang
bisa kita baktikan untuk masyarakat” tandas Falentinus Bata, moderator diskusi
siang itu. Salam Almamater.*
[1] Disari
dari kegiatan Peluncuran Inspirasi Almamater:
Antologi Puisi Komunitas Puisi Jelata Universitas
Flores oleh Komunitas Sastra Jejak Langkah Kita (JeLaTa) Program Studi (Prodi)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Flores, Jumad, 17
Februari 2017, bertempat di Anjungan PBSI Uniflor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar