Halaman

Kamis, 21 Desember 2017

Membangun Kultur Menulis



            Selamat pagi dan selamat datang di tempat ini. Terima kasih atas kehadiran Bapak/Ibu undangan yang boleh meluangkan waktu untuk menghadiri diskusi ringan hari ini. Tidak semegah diskusi-diskusi lain yang Bapak/Ibu pernah ikuti maupun laksanakan. Dari tempat ini, saya atas nama rekan-rekan di LPU menyampaikan permohonan maaf kalau ekspektasi Bapak/Ibu tentang diskusi ini tidak sebagaimana yang dialami sekarang.

Bapak Rektor, dan Bapak/Ibu Peserta Diskusi yang Terhormat:
Tema “Membangun Kultur Menulis” tidak bermaksud mengabaikan rekam jejak juga pengalaman Bapak/Ibu yang hadir, maupun sivitas akademika Uniflor yang selama ini menaruh perhatian besar pada dunia tulis-menulis. Tema ini hendak mensyaratkan bahwa membangun berarti “berproses terus-menerus tanpa henti dan menjadikannya sebagai sebuah budaya yang kontinum, sesuatu yang berkelanjutan; yang tidak berhenti; atau sesuatu tanpa terminasi”. Itulah kultur, budaya yang mesti terus dihidupi dari waktu ke waktu. Dalam konteks inilah, “Membangun Kultur Menulis” adalah konsekuensi logis atas pilihan pekerjaan yang kita jalani. Di samping itu, tema ini juga menegasikan keberagaman cara pandang, cara pikir memasuki dialektika diskusi ilmu yang interdisiplin atau multidisiplin.
Itu tampak setidak-tidaknya dalam diskusi kali ini. Selain menampilkan tiga panelis yang adalah perwakilan penulis artikel Majalah Indikator Edisi Maret 2016 (Hasil pilihan Dewan Redaksi): disetujui peserta rapat panitia kecil Lembaga Publikasi dan Humas Uniflor,  Jumad, 3 Juni 2016), dengan dua nara sumber dari anggota Collegium Doktorum Uniflor (Ibu Dr. Ima Fatima (maaf pada jam yang sama ini mengikuti kegiatan Veco untuk membicarakan desa dampingan), dan Dr. Kanis Rambut). Mereka akan mengupas tema “Membangun Kultur Menulis” dalam sisi pandangnya masing-masing. Hemat kami, inilah model dialektika, secara khusus kebebasan berpikir dan berpendapat; mulai dari meramu dan mengumpulkan yang tercerai berai dalam berbagai pemikiran yang lain, dan mudah-mudahan tersaji dan tersimpul secara runtut dan komperhensif dalam ruang diskusi ini demi memperkaya khazanah ruang ilmu kita.
Semakin banyak bertemu dan berkumpul dalam nuansa-nuansa akademik ilmiah (ringan?) semakin banyak hal ilmiah pun didapati. Mengutip Betrand Russell, seorang filsuf modern yang mengakui adanya estetika (keindahan) di dalam matematika, mengatakan bahwa “Komunikasi keilmuan haruslah diakui secara antiseptis, artinya tanpa prasangka subyektif, sebab komunikasi keilmuan adalah proses reproduktif, sebuah ruang yang diisi dengan inspirasi dan kreativitas.
Akhirnya, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih untuk Bapak/Ibu undangan; mudah-mudahan diskusi ini bermanfaat.*


[1]  Disampaikan pada acara pembukaan Diskusi Tematik dengan tema “Membangun Kultur Menulis” yang diselenggarakan oleh Lembaga Publikasi dan Humas Uniflor, Sabtu, 11 Juni 2016, di Lantai 3 Gedung Rektorat Universitas Flores.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar