Halaman

Kamis, 21 Desember 2017

Manusia Adalah Sebuah Totalitas

JEAN PAUL SARTRE, menulis “manusia bukan sebuah koleksi, tetapi merupakan suatu totalitas”. Pemikiran seorang Sartre ini menyiratkan pesan bahwa manusia haruslah menyatakan secara keseluruhan potensinya, bukan bagian demi bagian, termasuk kemampuan bersastra yang adalah asset penting dalam mengungkap fenomena-fenomena sosial kemasyarakatan dalam rangka mencari solusi masalahnya.

Bersastra

Bersastra berarti berusaha ‘mengangkat’ sesuatu yang realitas-obyektif menjadi realitas baru, yakni realitas-imajinatif dengan melewati proses kreativitas yang tinggi, hasil pengamatan yang intens, terhadap realitas kehidupan yang telah mengkristal dalam diri seorang pengarang. Kristalisasi realitas kehidupan tersebut, tampak lewat pengalaman diri, pengalaman bahasa maupun pengalaman estetik yang diracik khas dengan menhadirkan irama mempesona, menghanyutkan tetapi tetap memperhatikan satu-kesatuan makna dalam mencapai tujuan sang pengarang itu sendiri. Dengan demikian, sastra merupakan suatu alternatif penting dalam menyingkap tabir kehidupan ini.
Dalam mengenang kembali kematian Chairil Anwar, penyair termashur angkatan ’45, yang meninggal 28 April 1949, maka kami mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengadakan temu sastra dengan tema: SASTRA WAHANA PENGUNGKAP REALITAS KEHIDUPAN. Hal ini dilatari oleh situasi dan kondisi yang berkembang sepanjang ini. Dari sinilah kita dapat menemukan peran sastra terhadap pembangunan bangsa. Chairil Anwar, seorang penyair individualistis yang memiliki vitalisme tinggi, tenaga hidup, api hidup, yang membawa angin segar dalam kesusastraan Indonesia. Padanya, AKU, adalah paling penting. Kenyataan ini tergambar dalam cita-cita hidupnya, yakni hendak mereguk hidup ini sepuas-puasnya, Aku ingin hidup seribu tahun lagi. (*)



[1] Disampaikan dalam Rangka Kegiatan Memperingati Hari Charil Anwar 23 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar