Orang bijak bertitah, belajar itu
identik dengan litani yang didaraskan sepanjang hidup. Rupanya wejangan
analogis di atas sangat relevan dengan litani perjalanan akademis Pak De.
Bungsu dari pasutri Sang Visioner (Alm)
Bapak
Em dan Mama Mia itu lahir di kota karang Kupang, 27 Oktober 1971. Meskipun terlahir di kota
Kupang, secara formal Pak De mengawali dunia sekolah di Taman Kanak-kanak
Pertiwi Ende, tahun
1975–1977.
Sesudah
tamat dari TKK Pertiwi, perjalanan akademis dilanjutkan ke Sekolah Dasar
Katolik (SDK) Ende 2, tahun
1978–1984. Berhubung
profesi Bapak Em adalah Pegawai Negeri Sipil yang selalu loyal untuk berpindah
tempat kerja, maka Pak De hijrah kembali ke kota kelahirannya Kupang, menyelesaikan SLTP di SMPK St. Thresia
Kupang tahun
1984–1987.
Sementara
itu, jenjang Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMAK Kolese St. Yusuf Malang
(1987-1990). Ibarat pepatah, “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”, gayungpun bersambut, Pak De dengan
ketetapan hati, mantap berziarah menyusuri jejak akademis Sang Visioner Alm.
(Bapak Em) yang pada eranya meraih gelar prestisius Drs. Ekon di UGM
Yogyakarta. Bila Sang ayah memilih kampus biru UGM, maka Pak De memutuskan
untuk kuliah di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UPN Veteran Yogyakarta. Petualangan akademis sebagai
mahasiswa S-1
“dicicipi” tahun 1990–1998.
Pendidik: Panggilan Profetis
Selepas
menyandang gelar Sarjana Ekonomi (SE), Pak De mengikuti panggilan visinya untuk
kembali mengabdi pada “kampung” halaman. Sejak
tahun 1998 pilihan profesi Pak De adalah menjadi staf pengajar tetap pada
Fakultas Ekonomi Uniflor.
Tercatat pula, selama pengabdiannya, pernah dipercaya untuk “menahkodai”
jurusan Manajemen FE Uniflor (1999–2002).
Seusai
meletakan jabatan sebagai “nahkoda” di jurusan Manajemen FE Uniflor, Pak De
memantapkan langkah melanjutkan kuliah ke jenjang S-2. Kampus
biru kembali menjadi
opsi utama untuk menjelajahi jenjang pascasarjana. Tahun
2003, Pak De kemudian mendaftarkan diri sebagai mahasiswa magister Ekonomi Pembangunan UGM. Sementara
itu, spesifikasi studinya adalah keuangan daerah. Pak De, menikmati kuliahnya
sebagai mahasiswa pascasarjana
hingga menyabet gelar akademis M.Si tahun 2005.
Meskipun
“magnet” kota Gudeg-Yogyakarta memiliki kekuatan mempesona dalam menyedot
kesadaran, namun Pak De tidak terperangkap dalam keterpesonaan kota magis itu. Uniflor menjadi alasan kuat bagi Pak De untuk
memilih pulang mengabdi di Uniflor
setelah
mendapat gelar S-2.
Apalagi saat itu, Uniflor
sedang mengalami perkembangan pesat sehingga sangat memerlukan tenaga edukatif
dengan standar kualifikasi ijazah S-2,
potensial, energik, dan berdedikasi pada pengembangan keilmuan.
Pak
De menikmati betul aktivitas kesehariannya sebagai seorang tenaga pengajar.
Betapapun sangat sibuk dengan rutinitas mengajar yang menguras tenaga dan
pikiran, namun Pak De hampir tidak pernah absen mengasah nalar untuk menunjang
dan mengembangkan bobot keilmuannya. Pak De sungguh memberi bobot plus pada
darma penelitian.
Memelihara
“stamina” membaca dan kemudian mengolah seluruh materi bacaan dengan kejernihan
hati dan pikiran adalah representasi keasyikan akademis yang betul-betul
menggairahkan bagi mantan Dekan FE Uniflor ini. Hasil refleksi dalam untaian
gagasan-gagasan bernas yang bercorak populer dipublikasikan secara luas, baik
memanfaatkan media massa cetak maupun media elektronik. Sementara itu, buah
pikiran yang lebih padat, rigit
dan “bermerk” ilmiah dirancang dalam format buku teks.
Membedah Eksotisme Ekosistem TNK
Tahun
2010 Pak De bertolak kembali ke kampus biru untuk melanjutkan studi doctoral pada Prodi Kajian Pariwisata.
Pilihan untuk menggeluti bidang kajian turisme dilatari oleh kondisi alam Flores
yang masih tergolong eksotik. Disadari pula bahwa struktur alam di Taman
Nasional Kelimutu yang eksotik telah menyedot perhatian para wisatawan
domestik, regional, maupun berskala internasional untuk datang berkunjung dan
merasakan kekuatan aura magisnya dari dekat.
Bertolak
dari latar keilmuan (manajemen) kemudian didukung pula oleh potensi pariwisata
di Kabupaten Ende yang masih sangat alamiah itu, kemudian mendorong minat Sang
Promovendus untuk melakukan riset serius untuk disertasi. Karya akademis monumental berupa disertasi yang dipertahankan di depan tim
penguji berjudul Ekowisata Berbasis
Masyarakat di Taman Nasional Kelimutu Kabupaten Ende (Studi Bentuk,
Partisipasi, dan Respon). Prof. Dr. M. Baiquni, MA adalah Promotor utama bagi Sang Promovendus, dan Prof. Tri Widodo, M.Ec.Dev; Ph.D dan Prof. Dr. Chafid Fandeli, MS didaulat sebagai Kopromotor.
Riset awal Promovendus, teridentifikasi
bahwa pengelolaan dan terutama pengembangan ekowisata berbasis kosmos di TNK
menunjukkan
ciri stagnasi. Padahal, korelasi antara variabel keterlibatan komunitas lokal,
medium ekowisata, dan respek wisatawan menjadi faktor determinan atas
keberhasilan pengelolaan sumber wisata alam berbasis komunitas lokal.
Temuan
penting riset lapangan, memperlihatkan bahwa dari sisi bentuk, ekowisata dalam
area TNK belum memperlihatkan titik progress yang berarti. Alias stagnan!
Selanjutnya, berdasarkan analisis SEM terungkap bahwa variabel partisipasi
masyarakatpun tidak memperlihatkan korelasi yang positif. Artinya, partisipasi
hanyalah “jargon” simbolis yang dimanfaatkan sebagai piranti untuk memuluskan
program-program formalistik. Sementara itu, pada variabel respon terdapat
temuan yang cukup unik. Meskipun ada tendensi kekecewaan wisatawan atas sajian
obyek-obyek atraksi, namun kekecewaan ini segera “terobati” oleh keramahtamaan
komunitas lokal.
Bertolak
dari temuan lapangan, Dr. Devi Gadi Djou kemudian mengajukan saran-saran
konstruktif agar pengelolaan ekowisata TNK benar-benar dikelola secara
profesional namun tetap berbasis pada pranata kejeniusan dan kebijaksanaan
komunitas lokal.
Ekspektasi bagi Civitas Academica Uniflor
Mengikuti
obsesi filosofi pedagogis Sang Visioner Alm. Bapak Em bahwa Uniflor hadir untuk
mendidik generasi penerus yang tidak hanya cerdas inteleknya tetapi berakhlak
mulia. Itu artinya tridharma
adalah “nadi” yang terus berdenyut terutama bagi seluruh staf edukatifnya.
Tanda-tanda denyutan nadi akademis ini salah satunya dapat ditemukan di dalam
pernak-pernik gagasan Dr. Devi Gadi Djou yang dipublikasikan di beragam media.
Lebih dari itu, Dr. Devi Gadi Djou
meletakkan harapan yang
sangat tinggi bagi seluruh staf di Uniflor agar sedapat mungkin membangun
budaya mutu. Muaranya adalah tersedianya stok sumber daya manusia (sarjana)
yang benar-benar memiliki kompentensi sesuai bidang spesifikasi studinya.
Harapan berikutnya terarah kepada para dosen agar intensif melaksanakan darma
penelitian dan pengabdian keilmuan terhadap masyarakat. (*)
Luar biasa ama..hanya mungkin sebagai masukan jgn hanya sebagai biografi akademis tetapi biografi perjalanan akademis dan karir. Sehingga narasinya sampai beliau menjadi wakil rakyat di level propinsi sebgai representatif masyarakat flores khususnya ende dan lebih khusus universitas flores. Mohon maaf kl salah
BalasHapusIa, Ama, terima kasih. Feature ini dibuat sebelum tahun politik. Jika ada waktu nanti saya lengkapi. Bahkan, Ada buku beliau yang sudah fix siap dicetak. Sedang saya usahakan penerbitannya.
BalasHapus