Bahasa dan budaya adalah dua
sistem yang melekat. Bahasa adalah sistem yang berfungsi sebagai
sarana berlangsungnya interaksi, sedangkan budaya adalah sistem yang
mengatur interaksi itu sendiri. Budaya tidak saja
berwujud benda atau fisik yang dapat diindrai, melainkan berwujud
gagasan yang bersifat
abstrak berupa suprastruktur
ideologis, gagasan atau konsep-konsep. Bahkan, berwujud perilaku
atau sistem sosial yang bersifat konkrit menyangkut sistem-sistem
yang sudah dilaksanakan atau diterapkan dalam masyarakat. Jadi, kebudayaan
adalah proses dan produk pikiran, perasaan, dan perilaku manusia, hasil
pengalaman manusia dengan diri, masyarakat, dan alam kosmos.
Kata drama berasal dari bahasa Yunani yaitu draomai yang berarti bertindak, berbuat.
Secara ringkas drama didefinisikan sebagai suatu jenis karya sastra yang
menggambarkan suatu kehidupan atau kisah, watak, serta tingkah laku manusia
melalui gerakan dan dialog yang dipentaskan di atas panggung dalam beberapa
babak. Pementasan naskah drama demikian dikenal dengan sebutan teater. Kisah
yang ditulis di dalam naskah drama memiliki ragam emosi dan konflik yang khusus
diciptakan untuk pementasan teater. Terdapat berbagai cerita rakyat di Flores
Lembata yang dapat ditransformasi menjadi naskah drama. Cerita rakyat Teka Iku dari etnik Sikka Maumere adalah
salah satu dari aneka cerita rakyat tersebut. Transformasi cerita rakyat ke
dalam naskah drama menjadi solusi dan alternatif pembelajaran sastra di
sekolah. Selain memperkenalkan sebaran cerita rakyat di Flores Lembata, langkah
ini bertujuan untuk menanamkan sikap, dedikasi, dan loyalitas peserta didik
terhadap lokalitas setempat. Tentu termasuk menanamkan budi pekerti dan akhlak.
Nilai-nilai lain, seperti pengorbanan, gotong royang, setia kawan, solidaritas, dan keberanian yang menjadi ciri khas masyarakat kita dicuatkan kembali kepada generasi muda. Setidak-tidaknya nilai-nilai tersebut dibaca sebagai modal sosial kolektif sekaligus modal kultural untuk perlu dihidupi secara bersama-sama dalm komunitas dan guyub etnik tertentu. Drama Teka Iku, misalnya menorah jejak historis yang bergayut dengan kehidupan hari ini. Bahwa tokoh Teka Iku adalah representasi keberanian pada umumnya masyarakat kita menghadapi imperealisme penjajah. Drama Teka Iku mengisahkan tentang rakyat kecil yang dijajah, diperas, dipaksa, dan diwajibkan membayar pajak kelapa tiap pohon empat buah tiap tiga bulan. Selama satu tahun 16 buah dan harus dihantar ke pesisir untuk ditanam, dirawat, demi kepentingan Ratu Negeri Belanda dan para raja/ratu tawa tana. Teka Iku muak atas perbuatan dan tingkah laku penjajah yang dijuluki Ata Bura Pikut Saan bersama para penjilat yang juga dikatakan anjing belang penjilat (ahu kela lea tai).
Di titik ini, kita berharap para siswa yang adalah generasi muda perlu menghayati, terutama menginternalisasi sikap dan nilai-nilai kepahlawanan tokoh Teka Iku, juga tokoh-tokoh sejarah lainnya di daerah ini dalam merajut dan membangun masyarakat agar sejahtera. Lota adalah produk pikiran komunitas etnik Ende yang digunakan sebagai wahana, wadah, atau sarana menyampaikan dan menerima maksud orang lain. Tentu dalam interaksi menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Lota dipilih sebagai nama Bulanan LOTA PBSI sekali lagi untuk mempertegas jati diri keetnikan kita. Ini cuma salah satu contoh untuk menegaskan bahwa setiap etnik yang ada dan hidup di Flores Lembata punya kekhasan identitas yang perlu digali untuk memperkaya jagat kebudayaan kita sekaligus memaknai keberagaman Indonesia. (*),
Tidak ada komentar:
Posting Komentar