Halaman

Senin, 17 Februari 2025

Rondy Weya Mahasiswa Asal Papua di Uniflor


Rondi, lengkapnya Rondi Weya, mahasiswa dari Propinsi Papua Pegunungan yang sedang melanjutkan pendidikan tinggi di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Flores Ende. Dari pegunungan menempuh perjalanan jauh untuk tiba di Ende. Rondi tidak patah arang. Sudah dua semester dia jalani perkuliahan, dan dia menemukan kenyamanan untuk berada di kampus ini. Dia berjanji untuk menyelesaikan kuliahnya tepat waktu.

"Saat liburan seperti ini saya dan teman-teman tidak pulang, kami di sini saja, hingga kuliah tuntas pada empat tahun yang akan datang", tutur Rondi saat ngobrol di depan gedung Prodi Pbsi Uniflor. Rondi dan beberapa temannya dari Papua melanjutkan kuliah di Universitas Flores Ende melalui jalur beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik). Selain Papua, jenis beasiswa ini diperuntukkan juga untuk mahasiswa dari daerah khusus 3T, dan anak-anak tenaga kerja Indonesia. Termasuk anak-anak difabel.

Adik-adik yang akan menyelesaikan SMA/SMK/MAN atau sederajat, silakan terus mengecek informasi pendaftaran beasiswa. Jika Anda termasuk kategori penerima beasiswa ADik, silakan mendaftarkan diri, dan Universitas Flores adalah salah satu universitas pilihan. (*)

Minggu, 16 Februari 2025

Kotbah Bahagia dari Bukit


Catatan hari Minggu, 16 Februari 2025. Kalender Liturgis Katolik, hari ini adalah hari Minggu Biasa yang ke-6. Selamat merayakan hari Minggu Biasa ke-6. Sambil menikmati Firman Tuhan tentang Sabda Bahagia dari Bukit. Sabda tentang Sukacita dan Belaskasihan. Sabda atau Kotbah Agung tentang ajakan menjadi manusia bahagia.

Dalam Kotbah Yesus tersebut, teringat akan sebuah novel yang ditulis sastrawan Indonesia Kuntowijaya [1943-2005] berjudul Khotbah Di Atas Bukit [1976]. Novel ini melukiskan kehidupan manusia modern yang serba materialistis dan pragmatis. Sebuah kritik dan awasan sastrawan kepada manusia agar terus berupaya untuk mengalahkan kecenderungan akan hal-hal demikian.

Dan, karya sastra menjadi salah satu jalan mengajak kita untuk mengalami hakikat hidup, kebahagiaan, dan misteri Tuhan atas kehidupan itu sendiri.

Menularnya sikap hedonis, pragmatis, materialistis merupakan sikap intant berlebihan atas harta kekayaan duniawi atau kekayaan matarialistis. Sikap ini, boleh saja sebab menjadi jalan, upaya dan bukti kerja keras manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup. Kebahagiaan duniawi sebagaimana  yang diidamkan oleh semua orang. Namun, jika sikap ini berlebihan, maka manusia yang satu merasa "lebih" dari manusia yang lain. Mengabaikan kehadiran sesama orang yang lain dalam komunitas bermasyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sikap saling bersukacita bersama melalui kasih persaudaraan. Membagi kasih setia di antara sesama agar semua berbahagia dan bersukacita. (*)