Indonesia merupakan negara agraris. Banyak penduduk yang menyandarkan nafkahnya dalam bidang pertanian. Lahan dikelola dan ditanami dengan berbagai jenis tanaman padi, jagung, dan tanaman holtikultura lainnya. Mungkin karena alasan inilah, masyarakat kita harus makan nasi. Kendati sudah makan makanan pokok lain, semisal ubi-ubian, pisang, dan sejenisnya. Dengan lahan yang cukup luas, para petani berusaha untuk mengelolanya secara tradisonal, maupun modern. Pengolahan lahan yang demikian bertujuan untuk mendatangkan hasil yang sebanyak-banyaknya. Tentu bukan demi kebutuhan para petani sendiri, melainkan untuk kebutuhan masyarakat atau para konsumen beras.
Penguatan kapasitas para petani di tengah anomali cuaca dan paceklik la nina yang tak terdeteksi secara pasti merupakan tanggung jawa pemerintah melalui dinas teknis pertanian. Hal ini penting agar jaminan keberlanjutan atau ketersediaan pangan terus terjaga. Oleh karena itu, pelatihan dan pendampingan kapasitas bertani dan jaminan ketersediaan peralatan pertanian terus diperbaharui untuk meningkatkan produksi petani. Jika sistem akses seperti ini terus dilaksanakan sesuai target, maka ketersediaan pangan tetap terjaga dan kesejahteraan para petani pun terjaga atau meningkat.
Selain pengelolaan areal sawah secara berkelanjutan, para petani pun didorong untuk menanam tanaman-tanaman holtikultura di areal lain sebagai bahan mentah makanan maupun obat-obatan. Di samping menjaga ketersediaan pangan lokal.
Lanskap Persawahan Welamosa
Lanskap persawahan yang memanjakan mata. Kerja keras para petani sawah di Welamosa Kabupaten Ende. Dan, kita menikmati kerja keras mereka melalui ketersediaan pangan dan aneka bahan pangan lainnya. Jika mereka lalai, maka bisa dipastikan masayarakat akan mengalami kelaparan. Infrastruktur layanan ke tempat-tempat vital ini, termasuk sarana-sarana pertanian menunjang keberlanjutan dan peningkatan produksi pangan perlu mendapat perhatian serius. (*)