Halaman

Jumat, 02 September 2022

Manusia sebagai Makhluk Naratif


Manusia itu makhluk naratif. Makhluk pencerita: pembuat dan pewaris cerita. Warisan adiluhung yang tak terwariskan secara baik. Justru kita ada hari ini karena ada cerita hari kemarin. Demikian Prof. Stephanus Djawanai,M.A., suatu ketika dalam omong-omong di ruang kerjanya. Dan, hari kemarin di akhir Agustus 2018, cerita kala itu terngiang kembali ketika mendengar berita kepulangan keharibaan Sang Khalik, Prof. Steph, pakar linguistik Indonesia asal Bajawa Flores yang rendah hati itu.

Kekuatan cerita terletak pada bagaimana kita menenunnya ke dalam rangkaian bahasa sehari-hari agar mudah diingat dan diwarisi.


Bahasa Adalah Rentetan Cerita

Menurutnya, bahasa itu sendiri adalah sebuah rentetan cerita atau tutur yang merupakan pencapaian tertinggi evolusi kesadaran manusia yang digunakan dalam berpikir, berkisah, bercakap tentang dirinya juga tentang apapun di sekitarnya. Bercerita akan melahirkan nilai keindahan spiritual bagi peradaban manusia.

Profesor yang sangat concern dengan budaya, terutama pada upaya membangun pendidikan seturut ekologi manah (mind). Manah menjadi penting agar para lulusan atau generasi kita dapat mengatur pola pikir, pola pikir menguasai perasaan, perasaan menentukan sikap hidup, sikap hidup memandu perilaku, perilaku membangun watak kepribadian dan watak kepribadian menentukan jalan hidup demi membangun bangsa.

Cerita tentang hidupmu dan orang-orang di sekitarmu pun telah sampai di tapal batas. Tuhan telah memanggilmu pulang sebagai "Pencerita" bersama barisan para Kudus di Surga.

Selamat jalan Prof. Steph. Amal ibadahmu mendapat tempat yang layak di Sisi Tuhan. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar