Halaman

Jumat, 23 Februari 2024

Selat Gonsalu Larantuka

Gerson Poyk, sastrawan nasional dan perintis sastra NTT menulis sebuah ulasan sastra dengan judul "Dari Mata Turun ke Hati." Ulasan tersebut dimuat dalam Antologi Cerpen Cerita dari Selat Gonsalu", yang diterbitkan oleh Kantor Bahasa NTT tahun 2015. Antologi Cerpen ini memublikasikan 57 judul cerpen dari 27 penulis. Selain menulis ulasan antologi ini, Gerson Poyk juga salah satu yang menulis cerpen untuk antologi dimaksud. Kata Pengantar ditulis oleh Yohanes Sehandi pengamat sastra NTT dari Univeritas Flores Ende.

Gerson Poyk

Di akhir ulasannya yang ringkas dan padat, Gerson Poyk menyodorkan sebuah pesan penting untuk muda-mudi NTT. Begini pesannya:

"Untuk muda-mudi NTT, menulislah terus, syukur kalau menghasilkan karya berbobot. Kalaupun hasilnya karya pop, yang penting ada untaian kata dan kalimat yang merusak khayalan pop dengan seni filsafat bercinta, yaitu mengandung respek, tanggung jawab, dan saling mengerti kekurangan dan kelebihan masing-masing." 

Jadi, menulislah terus, sebagaimana inspirasi dari sastrawan Gerson Poyk. (*)

Kamis, 08 Februari 2024

Pasar Barter Wulandoni Lembata


Pasar (bahasa Lamaholot: wule(n)) tidak semata diterjemahkan sebagai media sekaligus ruang transaksi ekonomi modern menggunakan uang. Di Lembata, hampir semua pasar tradisional, termasuk di Wulandoni, selatan Lembata, pasar barter telah menjadi sarana strategis pewarisan nilai-nilai kolektif. Pasar barter menjadi media menganyam ikatan persaudaraan yang hari-hari ini seakan telah tergerus oleh hegemoni pasar modern.

Di pasar barter inilah orang berkumpul tidak saja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi konsumtif, melainkan menghadirkan ruang-ruang diskusi dalam kearifan "tutu koda"-"tutu maring" demi lebih dekat memahami identitas dan jati diri kultural.

Dalam kerangka memandang pasar tidak sekadar sebagai transaksi uang inilah, ekonom Paul Samuelson membenarkan bahwa pasar (ekonomi) adalah pertukaran transaksi dengan atau tanpa menggunakan uang. Dengan itu, pasar lebih sebagai perjumpaan manusia kiwan-watan (gunung-pesisir). Tukar-menukar barang dengan barang dalam bahasa Lamaholot disebut duru-op, gelu gore atau gelu-geneka dan dalam bahasa Kedang disebut kelung lodong.

Barter bisa berbentuk barang dengan barang maupun barang dengan jasa. Misalnya, ikan kering satu ekor dapat ditukar dengan jagung 5-10 tongkol atau tuak 1 botol. Tukang batu atau kayu mengerjakan 1 rumah permanen dapat dibayar dengan 2 ekor babi besar, atau 1  batang gading atau bisa juga dengan 5 buah gelang gading. 

Lebih dari itu, barter di Wulandoni mengajarkan praktik filosofis tutur kata, tegur sapa antara sesama elemen sebagai perwujudan toleransi antarsesama. Karena itulah, pasar barter telah msnjadi pusat perjumpaan masyarakat tradisional yang memiliki nilai-nilai filosofis yang tinggi.(*)