Halaman

Jumat, 19 Oktober 2018

Wisuda, Prosesi Menggapai Keseimbangan



Hari ini, Sabtu, 20 Oktober 2018, Universitas Flores (Uniflor) mewisuda 838 orang lulusan dari 14 program studi yang berasal dari enam fakultas. Ritus akademik khas tahunan setiap lembaga perguruan tinggi tersebut perlu diberi bobot yang proporsional. Hemat saya, dari aneka bobot yang termeterai dalam selubung busana kebesaran toga, peristiwa pelantikan dan pemindahan kucir oleh rektor dari kepala bagian kiri lulusan ke bagian kanan merupakan momentum penting sekaligus menjadi simbol mengatur "keseimbangan" para lulusan.

Jika sewaktu kuliah, mahasiswa dibekali dan mengisi kepalanya (otaknya) dengan sejumlah hal yang sifatnya teoretis konseptual yang menandakan bahwa mahasiswa cenderung aktif menggunakan otak kirinya (wilayah Broca) sebagai pusat berpikir kritis melalui bahasa, logika matematika. Atau otak kiri menjadi tempat berpikir dengan penjelasan rigid, detail, dan deskriptif, maka pemindahan kucir ke bagian kanan kepala lulusan menyimbolkan sebuah model atau pendekatan berpikir berperasaan seni serentak menjadi pusat lahirnya ide-ide yang kreatif inovatif. Maka, sikap yang perlu ada pada masing-masing lulusan adalah sikap "berbeda untuk menciptakan hal baru sebagai cermin dari kreativitas diri.

Jika pada diri lulusan mesti hadir keseimbangan atau keserasian antara berpikir logis dan bertindak praktis, berkata atau berucap dengan berbuat. Dalam bahasa paedagogie Bloom, ada tiga ranah yang musti hadir secara simultan pada diri seseorang lulusan, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Oleh karena itu, lulusan tidak sekadar merayakan "hasil atau capaian hari ini, namun kegembiraan juga dirayakan dalam nostalgia romantisme "proses jatuh bangun menggapai hasil. Ini adalah pilihan sikap yang konsistensi diri untuk tidak mengabaikan yang satu dan mementingkan yang lain. (*)