Ketika Prof. Dr. Stephanus Djawanai, M.A., dilantik menjadi Rektor Universitas Flores (Uniflor), 6 Februari 2012 untuk periode pertama, beliau menukik dan memberikan aksentuasi pada gagasan dan upaya menjadikan Universitas Flores (Uniflor) sebagai magnet di Indonesia Timur. Memeriksa kembali beberapa dokumen ceramah, ternyata benih gagasan ini, jauh sebelum itu, diartikulasikannya saat tampil membawakan orasi ilmiah bertajuk “Universitas Flores Mengubah Pola Pikir Anak Indonesia” pada Dies Natalis Uniflor, 15 Desember 2009.
Titik
berangkat orasi ini yang pada akhirnya mewarnai seluruh pemikiran dan
tindakannya selama berada di Uniflor adalah pada bagaimana membangun pendidikan
seturut ekologi manah (mind)
manusiawi. Menurut Profesor kelahiran kota dingin Bajawa Flores ini, ekologi
manusia menonjolkan nilai dan perspektif manusiawai. Para peserta didik (mahasiswa)
harus dilatih untuk berani mengambil inisiatif, mengusulkan alternatif, dan
berani mengemukakan pendapat yang berbeda dalam keperbedaan. Hasil terpenting
dari pendidikan bukanlah apa yang tampak secara nyata atau fisik, melainkan
terlebih adalah hasil yang tidak tampak karena ia tak teraba (intangible) pengetahuan yang ditanamkan
di dalam manah (jiwa dan hati). Ekologi manah dipahami sebagai usaha untuk
mencapai spektrum keseimbangan antara tubuh, manah, dan roh. Keseimbangan
dimaksud ada di dalam pikiran (ecology of
mind) dan dalam intelegensi atau kecerdasan manusia (ecology of intelligence).
Manusia
memanfaatkan naluri (indera, sifat bawaan hewani), nalar (logika), ilmu),
nurani (kalbu, spiritualitas, suara hati), dan nala (memori) untuk berpikir dan bertindak. Terkait dengan konsentrasinya
pada ekologi manah, beliau menyitir
pada Gregori Bateson dalam bukunya yang berjudul Steps To An Ecology Of Mind (1972) yang mengajarkan soal ekologi manah (pikir) yang menekankan pada tiga
jenis proses belajar, yaitu rote learning
yang identik dengan momorize
(menghafal), proto learning atau learn to know something (mempelajari
sesuatu agar tahu), dan deutero learning
atau learn how to learn (belajar
untuk belajar).
Berdasarkan
konsep dan totalitas pemikiran yang demikian, maka menurut Profesor Linguistik
tersebut, misi dan peta jalan (road map)
Uniflor harus berpijak pada pokok-pokok yang telah digariskan pada masa lalu
yang terus dikembangkan sesuai perkembangan dan kebutuhan zaman. Uniflor harus
mengembangkan pengendalian “mutu internal” melalui evaluasi diri yang benar,
lengkap, dan jujur, serta pengendalian “mutu eksternal” melalui proses
akreditasi dan penghargaan oleh semua pemangku kepentingan (stakeholders). Kesemua hal tersebut di atas menuntut sumber daya
manusia, materi dan infrastruktur yang bermutu. Mempersyaratkan proses belajar
mengajar yang menonjolkan kompetensi, kombinasi pengetahuan dan kewirausahaan.
Menuntut mutu produk berupa lulusan yang berkompeten, serta hasil penelitian
yang bermanfaat bagi kemakmuran masyarakat dan kemajuan ilmu.
Harus
dicamkan bahwa sebuah universitas adalah organisasi pembelajaran yang
berdeterminasi pada membangun kuatnya ekologi pikir dan ekologi sosial. Oleh
karena itu, sebagai lembaga pembelajaran semua civitas akademika perlu bersama-sama membangun manusia Indonesia
yang berpola pikir maju melalui kegiatan pembelajaran, penelitian, dan
pelayanan. Manusia maju ditandai oleh kemampuan untuk menjadi pelaku perubahan
dan mediator budaya yang memahami ilmu pengetahuan dan teknologi modern dan
memahami pula pengetahuan alamiah yang terendapkan dalam kearifan lokal untuk
membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa bermartabat, damai, dan sejahtera.
Bagi
Uniflor dan bangsa Indonesia adalah menghasilkan sumber daya manusia yang
unggul. Karena itu, pendidikan harus diarahkan kepada ekologi manusia yang
menonjolkan kecerdasan atau intelegensi, integritas pribadi, hubungan sosial
yang berbela rasa dan bersetiakawan, dan spiritualitas yang baik sesuai agama
dan kepercayaannya masing-masing.
Uniflor
harus membangun sistem menjamin mutu setiap unit kerja, unit pendidikan, demi
meningkatkan mutu program dan mutu hasilnya. Institusi pendidikan kita harus
dibangun sebagai badan usaha (korporasi) yang utuh, kait-mengait dan saling
mendukung. Hal itu sejalan dengan sistem berpikir yang mampu memperhitungkan
semua tindakan dan peristiwa sebagai bagian-bagian yang bertaut membentuk suatu
keutuhan.
Prof.
Steph mengajak semua civitas akademika
untuk selalu menyadari bahwa keberlanjutan kehidupan kita semua bergantung pada
keberlanjutan (sustainability)
institusi. Jadi, strategi yang harus ditekankan adalah pengembangan
keberlanjutan demi menghadapi persaingan sebagai badan usaha yang menawarkan
jasa pendidikan. Oleh karena itu, kampus Uniflor harus menawarkan suasana
akademik yang sehat, menyenangkan, kreatif, imajinatif dalam bentuk kuliah,
diskusi, ceramah, penelitian, pelatihan, praktik lapangan, pengabdian pada
masyarakat, seminar, kegiatan menulis, seni sastra, seni suara, tari, olah raga,
olah rasa, olah pikir, dan kegiatan kerohanian, sehingga semua pemangku
kepentingan: mahasiswa, orang tua atau wali mahasiswa, pengguna lulusan,
masyarakat luas merasa gembira, puas dan bangga dengan lulusan Uniflor.
Uniflor
harus menjadi institusi yang memperkuat daya saing bangsa dan menghasilkan
lulusan yang berwatak humanis, yang tidak mudah larut dalam pragmatisme tuna
budaya, tuna nurani, apalagi tuna harga diri. Uniflor harus menjadi kekuatan
moral yang dipercaya dan menciptakan generasi muda yang sadar akan keberagaman.
Berangkat
pada pendasaran ilmiah akademik di atas, maka ketika dilantik menjadi Rektor
Uniflor, beliau menawarkan visi Uniflor “menjadi magnet di Indonesia Timur!”. Menurutnya,
magnet ini terutama di wilayah kepulauan pada perbatasan tanah air berdasarkan
ciri pendidikan yang humanis dan multikultural. Pendidikan humanis mengutamakan
aspek manusia, sedangkan pendidikan multikultural mengutamakan intelektualitas,
dan kecintaan akan kemanusiaan, keinsanian, dan keberagaman yang merefleksikan
sifat masyarakat majemuk.
Sebagai
makhluk yang tak berdaya Prof. Steph selalu menyandarkan seluruh pikiran dan
perjaungannya pada haribaan Tuhan Yang Mahakuasa. Rasa spiritualitas dan doanya
selalu ia daraskan dalam satu ikatan bernas biblis, yaitu semoga Tuhan Yesus
memberkati Yapertif dan Uniflor agar menjadi institusi yang membawa kesejukan,
kedamaian, dan kesejahteraan. Sekaligus menjadi magnet di Indonesia Timur. Kita
satukan langkah dan bulatkan tekad dengan hati Yesus sendiri yang menyembuhkan
semua yang menjamah-Nya (Mrk. 6:56). (*) (Disari dari beberapa ceramah Almahrum
Prof. Stephanus Djawanai,P.hD.)
Telah dimuat di Flores Pos, 26 dan 27 Oktober 2018
Telah dimuat di Flores Pos, 26 dan 27 Oktober 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar