Halaman

Selasa, 01 November 2022

Bulan Oktober, Wula Mapa

 


Dalam kehidupan, manusia mengalami waktu sebagai sekuens yang terjadi berturut-turut dalam suatu rentangan, yang dikenal dengan istilah khronos, seperti urutan hari, urutan minggu, bulan, dan seterusnya. Ada sekuens waktu yang disebut khairos, waktu penting, saat di mana beberapa hal penting  terjadi bersamaan atau serentak sekaligus menjadi perhatian khusus dalam sebuah masyarakat atau etnik budaya. Hampir semua etnik mengalami sekuens waktu tersebut dalam berbagai aspek kehidupan.

Kalender tradisional masyarakat etnik Ende Lio, sekuens waktu sangat ditentukan oleh perilaku dan tata kelola dalam sistem pertanian. Perilaku dan tata kelola inilah yang menjadi pedoman pembagian waktu kerja masyarakat dalam setahun. Nama bulan dengan prosesi kegiatan adat yang diikuti dengan aneka ritual dalam pertanian tradisional dengan padi dan jagung sebagai pusat perhatian praktik budaya agraris. Kalender satuan waktu dalam masyarakat Ende Lio yang digunakan sebagai penanda aktivitas bertani.

Bulan Oktober disebut sebagai Wula Mapa. Pada bulan ini, hampir semua persekutuan adat menyelenggarakan berbagai ritual, seperti joka ju, ka po'o, ka pena, ngguaa keu uwi, dan lain-lain. Aneka ritual yang dilaksanakan bertujuan untuk memberi persembahan kepada tana watu: penguasa pertiwi/bulan, sebagai pemurnian ladang yang sebelumnya tercemari.  Oleh karena itu, wula mapa diyakini sebagai masa suci. Alam pun pada masa ini lebih rama, bersahabat dan memberikan harapan baru, misalnya bunyi guntur, kilat, mendung sebagai pertanda akan turun hujan.

Tanda-tanda alam inilah dipahami sebagai keberkahan dari Dua Ngga'e, Allah Maha Pencipta. Petani pun diingatkan untuk menyiapkan lahan, bibit, sebab musim tanam akan segera tiba.

"Mapa nggu nggedhu"
Suara guntur mulai menggelegar
"Wini wari welu"
Jemurlah bibit
"Toka kebe, tena maro"
Buatlah pematang dan pondok
"Koe lowo leka uma"
Siapkan jalan air di ladangmu

Tanda-tanda alam inilah dipahami sebagai keberkahan dari Dua Ngga'e, Allah Maha Pencipta. Petani pun diingatkan untuk menyiapkan lahan, bibit, sebab musim tanam akan segera tiba.

Bahasa etnik Ende Lio di atas menandaskan tentang pentingnya suatu "persiapan" yang harus dilakukan dalam menghadapi suatu kegiatan. Termasuk di dalamnya adalah persiapan dalam memulai musim tanam. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar