Halaman

Sabtu, 25 April 2020

Profesionalisme dan Kredibilitas Asesor dalam Peningkatan Mutu Pendidikan





Bidang pembangunan pendidikan dianggap menjadi institusi yang paling bertanggung jawab terhadap kontinuitas penciptaan kualitas sumber daya manusia. Untuk menjamin dan menjaga ketersediaan sumber daya manusia bangsa tersebut, maka bidang pendidikan mendapat perhatian serius. Penataan dan pembenahan internal terus dilakukan oleh para pemangku kepentingan bangsa ini. Mulai dari pembenahan peta jalan roh pendidikan mengikuti gerak dan laju zaman melalui sinkronisasi pada level kementerian-kementerian terkait, peningkatan anggaran melalui kesepahaman antara lembaga eksekutif dan legislatif pada semua tingkatan wilayah, konstruksi berbagai kebijakan yang optimal pada semua level guna mendukung keberlanjutan suasana pembelajaran dari pusat hingga daerah, maka pola sistem rekruitmen dan seleksi perangkat pendidikan sekolah dasar dan menengah hingga perguruan tinggi dilaksanakan dengan menjunjung tinggi transparansi dan etika publik.
Secara eksternal, perbaikan instrumen dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) yang terukur gencar dilakukan demi mengetahui secara pasti pelaksanaan dan pencapaian standar-standar mutu pendidikan yang telah dirumuskan bersama. Untuk memastikan bahwa mekanisme monev berjalan lancar dan sesuai, maka pola rekruitmen dan seleksi asesor dilaksanakan secara terbuka untuk menghindari kepentingan yang kolutif. Karena, jika asesor memiliki komitmen dan konsistensi dengan pencapaian mutu pada semua jenjang pendidikan, tanggung jawab asesmen dan visitasi di sekolah-sekolah dapat dijalankan secara terbuka dan obyektif. Hal ini menjadi penting dibaca dari perspektif kejernihan, kecermatan menemukan dan merekomendasikan “fakta” obyektif pencapaian standar-standar mutu pendidikan di sekolah.
Selain memeriksa dan mengevaluasi, seorang asesor juga mengemban tugas sebagai supervisor untuk melayani, membimbing, dan memberi jalan keluar kepada semua stakeholders satuan pendidikan, tidak saja tentang kegagalannya, namun tentang keberhasilan yang diraih. Sentuhan-sentuhan emosional dan psikologis pembelajaran secara menyenangkan perlu diberikan oleh asesor agar para guru, siswa, dan segenap stakeholders lainnya memacu adrenalin untuk terus memperbaharui materi, metode, dan evaluasi pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Asesor bukan melakukan inspeksi sehingga merasa serba tahu (superior) kepada orang (guru) yang dianggap belum tahu sama sekali (inferior). Tugas asesor yang penting adalah melakukan pembinaan. Berbasis data yang ditemukannya saat asesmen dapat menjadi bahan perbaikan mutu pendidikan. Bahwa kegiatan asesmen ke sekolah-sekolah dilaksanakan untuk membina dan memperbaiki serta meningkatkan kemampuan guru dalam rangka peningkatan proses belajar-mengajar.
Sentuhan dan stimulus positif juga secara khusus diberikan kepada kepala sekolah selaku top managemen di sekolahnya agar memiliki kemampuan manajerial yang memadai sehingga mampu menciptakan iklim kerja yang menggairahkan. Seorang kepala sekolah diharapkan mampu mengorganisir para guru untuk selalu termotivasi melihat masa depan sekolahnya secara optimis, maju dan berkembang, memiliki kemampuan mengelola kecerdasan intektual, emosional, sosial, dan kemampuan spiritualnya. Memotivasi para guru untuk mengeksplorasi kemampuan dan potensi para siswa sehingga tumbuh dan memiliki kecerdasan secara seimbang dalam ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Kondisi ini berangkat pada keprihatinan masyarakat pengguna jasa bahwa praktik pendidikan dan lulusannya sekarang telah mengalami pendangkalan makna dari "menjadi" (being) menuju "memiliki" sesuatu (having). Lulusan sekadar menguasai pengetahuan secara baik, namun sikap dan keterampilannya tidak searah dengan pengetahuannya. Kalau pendidikan itu berorientasi kepada kepemilikan (having), maka persoalan etika dan kepribadian menjadi kurang diperhatikan. Padahal, semestinya orientasi pendidikan adalah being, yaitu agar anak didik dapat menjadi dirinya sendiri sesuai dengan dasar-dasar kepribadiannya karena setiap manusia diciptakan dalam keunikan.(*)









Makalah ini dibuat dalam rangka mengikuti rekruitmen dan seleksi calon asesor 2019.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar