Manusia mengalami satuan waktu sebagai satu sekuens yang terjadi secara berturut-turut dalam satu rentangan yang dikenal dengan khronos, seperti urutan hari, urutan minggu, urutan bulan, dan urutan tahun. Selain itu, ada sekuens waktu yang disebut khairos, yakni waktu penting di mana beberapa hal atau peristiwa penting serentak terjadi bersamaan dan sekaligus menjadi perhatian khusus dalam suatu komunitas etnik atau masyarakat tutur. Hampir semua masyarakat etnik di dunia ini mengalami sekuens waktu yang demikian.
Dalam kalender masyarakat tradisional etnik Lio, sekuens waktu sangat ditentukan oleh perilaku dan tata kelola petani dalam sistem pertanian tradisional. Nama bulan dengan prosesi sejumlah kegiatan ritual adat menjadi dasar pembagian waktu dalam setahun tersebut. Berbagai ritual pertanian tradisional dilaksanakan dengan padi dan jagung menjadi fokus atau pusat perhatian masyarakat Lio. Hal yang sama juga kita jumpai pada masyarakat agraris lainnya.
Kalender Tradisional Etnik Lio
Dalam kalender masyarakat Lio, Bulan April ini disebut sebagai wula balu re'e. Dalam bulan ini dilaksanakan upacara keti uta/sepa uta/nggua uta atau ka pesa delu. Upacara ini ditandai melalui masyarakat petani memberikan sesajen kepada dewa dan dewi penguasa langit dan bumi (Du'a lulu wula ngga'e wena tana). Ini dilaksanakan sebagai tanda syukur dan terima kasih atas hasil panen baru. Para petani mulai mengonsumsi sayur dan jagung muda yang merupakan makna kegiatan dalam wula balu re'e ini. Makan atau mengonsumsi hasil panen baru merupakan tanda pembaharuan diri dan komunitas. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar