Menulis identik dengan tenun
kata. Me(tenun) kata. Menenun sarung proses kerjanya sama persis dengan menenun
kata atau menulis. Dua-duanya butuh ketelitian, kejelimetan untuk menserasikan
aneka warna benang dalam satu paduan corak atau motif yang enak dipandang mata. Menulis dimulai dengan memilih kata. Menenun diawali dengan memilih benang. Aneka warna benang disiapkan. Kejelimetan mengurai dan memadukan warna agar membentuk model atau motif
tertentu adalah "senyawa" dalam tarikan napas yang sama. Satu aliran
darah dengan degupan jantung yang terus memompa semangat mencipta sang penenun.
lahirlah motif dan aneka motif berpadu padan dalam satu mahakarya hasil budaya
anak bangsa.
Menulis Itu Seperti Menenun Sarung
Proses menenun sarung tersebut sama dengan proses menulis. Beralur dalam satu aliran dan tarikan napas yang sama. Dimulai dengan menentukan tema atau topik tulisan. Memilih kata atau diksi untuk mewakili pesan yang ingin ditulis. Agar pembaca paham dan mengerti tentang apa yang ditulis. Maksud tersebut dielaborasi dalam kalimat-kalimat yang membentuk suatu alinea atau paragraf yang utuh dan maksimal. Pesan-pesan yang dimaksudkan penulis dirangkai terus-menerus dalam paragraf-paragraf lain dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan keutuhan relasi antara paragraf dimaksud. Apa yang dimaknai sebagai kohesivitas paragraf, sambil keeratan maksud kalimat dirangkai secara koherensif. Jadilah suatu ide atau gagasan tertuang utuh dalam wacana.
Demikianlah hubungan antara menenun sarung dan menulis kata hingga merangkai paragraf. Sederhana. Prosesnya sama. Menulis pun membutuhkan ketelitian dan kejelimetan memilih kata dan memadunya dalam kalimat dan paragraf. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar