Pembicaraan ini difokuskan pada unsur-unsur penting
pembentuk sebuah teks. Unsur-unsur itu adalah kohesi dan koherensi. Sebuah teks,
terutama teks tulis harus
memiliki unsur pembentuk teks. Kohesi
merupakan pertalian unsur dalam struktur sintaksis; unsur pembentuk teks, untuk
dapat membedakan bahwa sebuah rangkaian kalimat dikatakan teks atau tidak.
(1)
Entahlah, tetapi
yang pasti bahwa masyarakat yang menghuni Nusa Flobamora telah gerah dengan bau
sengat korupsi. Korupsi, sebuah
kata yang menunjuk pada perbuatan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan diri
sendiri atau korporasi yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain, sekejap
mata menjadi ramai diperbincangkan setelah pecah Era Reformasi, dan karena
secara legal-yuridis merupakan perbuatan melawan hukum. Salah satu indikatornya adalah masyarakat Indonesia dan NTT belum
terbebaskan dari belenggu-belenggu sosial dan semakin merajalelanya kebiasaan
‘makan’ uang atau korupsi di tangan para penguasa dan pemegang anggaran. Kemudian, mengapa perbuatan laknat
terkutuk, tidak terpuji dan terlarang ini, terus saja mengular, merambah liar
dan tumbuh sistemik pada bentangan Nusa Flobamora?
Beberapa Contoh
Untuk menghubungkan informasi antarkalimat di atas digunakan kata korupsi, salah satu, dan kemudian. Kata-kata tersebut menjadi pengikat ide atau penanda katon, atau pengikat formal. Istilah yang digunakan untuk pengikat formal ini disebut piranti kohesi (cohesion device).
(2) A: Apa yang dilakukan si Ali?
B: Dia
memukuli istrinya.
(3) A: Apa yang dilakukan si Ali?
B: Jahanam itu memukuli istrinya.
Namun, untuk membentuk sebuah wacana yang baik tidak hanya dengan kohesi,
melainkan dengan memperhatikan faktor tekstual luar, kesesuaian antara teks,
dan dunia nyata, serta pengetahuan tentang budaya turut membantu menciptakan
koherensi teks. Untuk itu, dilengkapai dengan piranti koherensi (kepaduan hubungan maknawai antara bagian-bagian dalam
wacana).
(4)
Bahasa adalah sine qua non bagi kebudayaan dan manusia. Lewat bahasa, manusia mengabstrakkan seluruh pengalaman empiris, rasional, dan spiritualnya secara konseptual, sistematis, dan terstruktur yang pada gilirannya mengantarkan lahirnya dunia simbolik yang melewati sekat-sekat ruang dan waktu. Lewat bahasa, manusia dapat menyampaikan dan menggambarkan pemikirannya dalam aneka wujud kebudayaan. Simbol-simbol bahasa memungkinkan kita berpikir, berrelasi dengan orang lain, dan memberi makna yang ditampilkan oleh alam semesta. Inilah mengapa bahasa selalu saja menarik untuk dikaji sepanjang masa peradaban manusia. Kajian-kajian tersebut berangkat dari perspektif masing-masing. Kaum strukturalisme, pragmatisme, posmodernisme, akan menggunakan cara pandang masing-masing yang mungkin saja berbeda dalam mengaji bahasa manusia.
(5)
Peran ketiga, tentang keberadaan para elite
politisi kita yang banyak omong tanpa dimulai dengan membaca. Beberapa bulan lalu, misalnya wakil rakyat kita di Manggarai Timur membantah dilabeli sebagai wakil rakyat yang malas membaca (PK,27 Juli 2012). Sama halnya di Ende,
Kepala Kejaksaan Negeri Ende berharap agar wakil rakyat membaca dulu sebelum
memberikan komentar agar tidak terjaddi salah penafsiran (PK,21 Agustus 2012). Ini artinya,
lembaga-lembaga politik di daerah perlu ‘memperkaya’ diri dengan membaca karena
mereka itulah yang menjadi ‘corong masyarakat’.
B: Aku sedang Mandi,Pa!
A: Oke!
B: Ali memukul anak kecil itu.
Kalimat A dan B memunculkan hubungan gramatikal dan semantis, melalui penggunaan kata-kata dipukul dan memukul, Ali dan Ali, tetapi tidak koheren karena pertanyaan A tentang siapa tidak dijawab tuntas, yakni orang yang dipukul Ali. Dalam percakapan yang normal, B diharapkan untuk menjawab, misalnya Anak kecil itu dan bukan Ali memukul anak kecil itu.
a.
pertentangan yang dinyatakan dengan konjungtor tetapi atau namun,
b.
pengutamaan yang dinyatakan dengan konjungtor malahan atau bahkan,
c.
perkecualian yang dinyatakan dengan konjungtor kecuali,
d.
konsesi yang dinyatakan dengan konjungtor walaupun atau meskipun,
e.
tujuan yang dinyatakan dengan konjungtor agar atau supaya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar