Halaman

Jumat, 11 Februari 2022

Puisi Memandangmu & Di Pantai Ende

Memandangmu (1)


memandangmu tak berkedip

dari puncak bukit Wongge

hamparan laut Sawu

palung menangkar ikan dan biota laut

tempat mengail nafkah para petualang bahari


akan kuceriterakan kepada anak-anakku di ruang kelas

saat diskusi tentang dunia bahari

yang luas tak bertepi

juga tentang engkau nelayan 

yang setia melempar pukat dan sauh


akan kujawab pertanyaan siswa dengan kejujuran

tentang dedikasi, semangat, dan kerja keras

darimu yang tanpa patah asa

mengarungi ombak biru pagi malam

demi asupan protein generasi bangsa.


setelah itu aku pulang

menceriterakan kepada istri dan anak

tentang keringat yang menetes pekat

luruh pelan dari petambak garam 

yang hasilnya dinikmati di atas meja makan

tapi hidupnya pas-pasan


itu semua dari laut sayang

demi kesehatan bangsa


dan akan kuajarkan tentang makna kesabaran dan ketabahan 

juga tentang kesuksesan yang tidak datang sendiri.

pun tentang keramahan menjaga ekosistem bahari

kepada semua mereka yang mencintai laut

agar masa depan anak bangsa lestari.

(*)



Di Pantai Ende


di pantai Ende

ikan-ikan berkeriapan


ada seorang nelayan datang bercerita

tentang musim melaut

yang selalu membuat jala terkoyak

penuh rezeki melimpah


di suatu pagi ketika pulang melaut

di musim tenggara

seorang lagi bercerita

tentang kail dan umpan

yang tak pernah bersarang semalam suntuk


keduanya bersua

melukis kisah di pasir pantai Ende

memeterai terima kasih di atas riak arus selatan

bahwa rahmat Tuhan selalu disyukuri (*)


____________________

Puisi Memandangmu dan Di Pantai Ende dimuat dalam Antologi Puisi Maritim: Tarian Laut, yang diterbitkan oleh Penerbit Kanisius Yogyakarta (2022)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar