Halaman

Kamis, 24 Februari 2022

Tuhan Tahu, Tapi Menunggu

Judul di atas adalah sebuah Cerpen yang ditulis oleh Leo Tolstoy. Nama lengkapnya Lev Nikolayevich Tolstoy. Lahir di Rusia, 9 September 1828. Entah apa gerangan, tiba-tiba cerpen ini menjadi menarik untuk saya tulis di sini.

Tuhan Tahu Tapi Menunggu

Cerpen "Tuhan Tahu, Tapi Menunggu" mengisahkan seorang Saudagar yang berhati mulia besok pagi akan pergi ke sebuah kota yang jauh untuk memenuhi janjinya. Ternyata, tiba-tiba istrinya menceritakan mimpinya yang buruk bahwa suaminya melakukan perjalanan jauh, mengalami musibah, dan akhirnya meninggal dengan tidak hormat. Belakangan, meninggal tidak hormat barangkali disebut meninggal tidak wajar. Karena mimpi buruk itulah, sang istri memohon dengan segenap hati agar suaminya membatalkan rencana perjalanan jauh tersebut.

Namun, bagi Saudagar suaminya, janji adalah janji yang harus ditepati. Dengan mengabaikan nasihat sang istri, berangkatlah ia menunggangi kuda kesayangannya. Pada suatu malam ketika sedang tidur lelap di sebuah rumah penginapan, terjadilah sebuah peristiwa pembunuhan yang sadis, yang kemudian merubah seluruh perjalanan Saudagar ini. Seseorang telah mati terbunuh, dan orang-orang menemukan sebilah pisau di bawah bantal Saudagar. Dia ditangkap polisi dan diadili, kemudian dijatuhi hukuman seumur hidup, karena telah membunuh nyawa seseorang.

Semua orang, termasuk sahabat dan keluarganya, tidak percaya bahwa Saudagar yang berperangai hati mulia bukanlah seorang pembunuh. Mereka mengajukan pembelaan, namun dia tetap dijatuhi hukuman. Karena itu, Saudagar pun dijauhi oleh keluarga. Ketika dia berada di dalam penjara, dia tidak pernah dikunjungi, termasuk istri dan anak-anaknya. 

Waktu terus berputar. Saudagar yang baik hati menjadi uzur. Selama dalam penjara dia selalu menaati dan menjalankan masa tahanan dengan baik. Atas pertimbangan itu, Saudagar mendapat remisi untuk dibebaskan. Dalam hatinya, jika saya keluar, ke mana saya harus pergi? Semua anggota keluarga, sahabat karib, teman dan kerabat pasti menolak kehadiranku sebab mereka tahu aku adalah seorang pembunuh. 

Ketika dia hendak meninggalkan penjara, seorang lain dimasukan dalam penjara. Saat Saudagar melihat narapidana itu, tahulah ia bahwa orang itu adalah pembunuh yang sebenarnya. Namun, karena telah lama memaafkan pembunuh yang sebenarnya tersebut, dia diam. Bahkan ketika suatu saat di akhir masa pembebasannya, dia pun diancam dibunuh oleh narapidana baru itu, Saudagar pun pasrah. Akhirnya, dia meninggal sebagai seorang pembunuh yang selalu menunjukkan perilaku baik di dalam tahanan yang akan dibebaskan. "Tuhan Tahu, Tapi Menunggu". (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar