(1)
Setiap kita, siapa saja ketika menerima sesuatu dari orang lain, entah kenal maupun tidak pasti kita mengucapkan terima kasih. Sebaliknya, jika kita melakukan atau memberi sesuatu kepada orang lain, kita pun akan mendapat ucapan yang sama, terima kasih. Terima kasih merupakan ungkapan kejujuran dan rasa dari dalam diri yang nilainya paling mahal karena tidak bisa ditakar dengan bentuk lain.
Kali ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada adik Robyy Watowai. Dia alumni PBSI Uniflor tahun 2015. Setelah lulus, Roby mencari peruntungannya ke propinsi kaya raya Papua. Di sana dia menjalani profesi sebagai wartawan di koran Timika Expres. Selepas itu, dia bekerja di koran Radar Timika (Jawa Pos Grup) di bagian desain grafis (lay out dan ilustrasi). Bekal jurnalistik cuma didapat dibangku kuliah dalam mata kuliah pilihan rumpun jurnalistik, yang waktu itu cuma 1 jam. Berbagai pertimbangan, termasuk umpan balik dari alumni tentang respek bidang ini cukup besar di lapangan, maka mata kuliah-mata kuliah rumpun jurnalistik sekarang sudah menjadi 3 jam.
Sekarang Roby sudah kembali ke Ende, Flores, tanah kelahirannya. Berbekal pengalaman yang diperoleh di bidang media, alumni berdarah Adonara Flores Timur ini mulai menekuni dunia lukis. Dunia ini dipelajari secara otodidak. Kegiatan ini dilakukan mengisi waktu luang usai menjalani tugas di bidang desain grafis sebuah koran online di kota Ende. Di bawah ini salah satu lukisannya. Terima kasih Roby, alumni sekaligus anak bimbingan tugas akhir yang tak kenal menyerah (*)
(2)
Bertemu lagi dengan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum di Prodi PBSI Universitas Flores, setelah tahun 2015, Pak Yapi ke Uniflor mengikuti Temu Sastrawan NTT 2. Saat itu PBSI Uniflor menjadi penyelenggaranya. Setelah berdiskusi dengan para dosen, beliau menyempatkan waktunya untuk berbincang dengan para mahasiswa tentang sastra siber. Menurut Yapi, jika dikelola dengan baik media sastra jenis ini dapat memberikan efek positif yang luar biasa, asal mahasiswa sungguh-sungguh mau mengakrabinya dengan baik.
Pada kesempatan tersebut, Pak Yapi menyerahkan buku "Lembata Dalam Pergumulan Sejarah dan Perjuangan Otonominya." Buku yang diluncurkan di Lewoleba Lembata, pada 12 Oktober 2022 bertepatan dengan ulang tahun Kabupaten Lembata ke-23. Terima kasih berlimpah kepada penulis bukuk ini, seorang penulis dan jurnalis senior, Bapak Thomas Ataladjar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar