Tentang pembangunan sumber daya
pendidikan sebagai pilar kemajuan suatu bangsa, seorang Napaleon Bonaparte berpendapat bahwa untuk mendapat suatu generasi masa
depan yang sungguh baik dan bermoral, didiklah ibunya, karena ibulah yang
paling dekat dengan anak. Dalam konteks demikianlah, tulisan ini meletakkan
Universitas Flores (Uniflor) sebagai ibu, “rahim” persemaian ilmu dan nilai.
“Rahim” karena lembaga ini identik dengan ibu, sosok yang senantiasa terus
melahirkan manusia baru. Tanpa ibu, manusia baru tak kan pernah ada. Begitu
juga lembaga Uniflor adalah ibu yang tak pernah akan berhenti mengemban tugas reproduksi.
Melahirkan generasi baru, mediator ilmu dan nilai baru bagi masyarakat luas.
Untuk itulah Uniflor hadir di bumi ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan pendidikan di tanah Flores secara umum, dan Ende khususnya dirintis oleh para misionaris Katolik Portugis dan Belanda. Kilas ringkas ini menampilkan “Ende dalam Flores”. Artinya, Ende tidak sebagai tempat yang berdiri sendiri, namun Ende dibaca sebagai satu-kesatuan
Flores. Dengan demikian, Uniflor
di Ende berada dalam satu garis lintasan perkembangan pendidikan di Flores.
Misi “menaklukan tanah Flores” sebagai titik pengabdian
para misionaris Katolik untuk penyebaran agama juga dilandasi oleh misi kerasulan
awami untuk pembebasan umat akibat keterbelengguan ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan,
kemelaratan, kebodohan, kekafiran, bahkan peperangan antarsuku. Tahun 1895
Pemerintah Hindia Belanda memberikan wewenang yang luas kepada para misionaris
Katolik untuk menangani segala urusan pendidikan dengan memberikan subsidi pendidikan
sebagaimana yang telah digulirkan tahun 1890. Kebijakan inilah menjadi daya
dorong perluasan akses pendidikan di Flores (Pater Lamber Lame
Uran. Tanpa tahun. Sejarah Perkembangan Misi Flores).
Membicarakan Uniflor
mendorong kita menengok sosok “Sang Visioner” H.J. Gadi Djou, Drs.Ekon.
Menghayati filosofi Cina, Sang Visioner sampai pada kekuatan visi aforisme Kon
Fu Tse, ahli filsafat Cina yang
mengatakan “kalau ingin membangun masyarakat dalam waktu satu tahun, maka
tanamlah padi; kalau ingin membangun masyarakat dalam waktu sepuluh tahun, maka
tanamlah pohon; dan kalau ingin membangun masyarakat dalam waktu seratus tahun,
maka didiklah rakyat” (via H.J Gadi Djou,
Uniflor: Sejarah Berdirinya, Perjuangannya, dan Misi Depan Bangsa, Pena Persada
Offset Yogyakarta, 2005). Seluruh pergumulan yang intens Sang Visioner atas
filosofi Kon Fu Tse di atas terarah pada misi penyelamatan anak bangsa dari
belenggu keterbelakangan, kemiskinan, dan kebodohan dalam dunia pendidikan.
Benih
dan inspirasi misi pendidikan tersebut mulai terinkubasi berkenaan dengan Keputusan
Dirjen Pendidikan Tinggi Nomor 162/1967 untuk menutup semua cabang Perguruan
Tinggi Negeri di seluruh Indonesia, termasuk FKIP Undana Cabang Ende telah
menimbulkan “keresahan” di kalangan masyarakat Ende, dan Flores pada umumnya.
Keputusan ini menjadi “daya dorong” untuk menggagas dan melahirkan sebuah
lembaga pendidikan tinggi di Ende. Jadilah “19 Juli 1980”, lahirlah
“Universitas Flores” dengan Rektor pertama H.J. Gadi Djou, Drs.Ekon. Empat
dosen negeri Undana diperbantukan di Uniflor Ende, yakni Drs. Sebastianus
Ndate, Drs. Remigius Dewa, Drs. Frans Fernandes, dan Drs. Yosef Beda Kedang (Ibid).
Uniflor
mulai menerima mahasiswa baru Tahun Ajaran 1980/1981 pada tiga fakultas, yakni
Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Fakultas Keguruan. OSPEK pertama
dilaksanakan pada 18 Agustus 1982 bertempat di Lapangan Perse Ende dan berakhir
pada 22 Agustus 1982 dengan perayaan misa. Perkuliahan menggunakan bekas kantor
Bupati Ende di Jalan Soekarno sampai tahun 2005. Tanggal 30 Maret 1982, Dr. JB
Sumarlin, Menteri Penertiban Aparatur Negara mengunjungi Uniflor dan menjadi
Inspektur Upacara pada apel pagi bersama mahasiswa di kampus Uniflor, Jalan
Soekarno. Dalam masa awal, Universitas Flores berada di bawah Kopertis VI
Surabaya. Evolusi waktu seluruh perguruan tinggi di NTT dipindahkan ke Kopertis
Wilayah VIII, nomor 280/KOP-VIII/B.02/1984 tentang Ijin Persetujuan Sementara
kepada Universitas Flores bagi FH, FKIP, dan Fakultas Teknik.
Status
Terdaftar oleh Mendikbud Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, Nomor 0134/O/1985, 13
Maret 1985, diserahkan oleh Kopertis VIII Prof Dr. Ida Bagus Oka, pada Lustrum
Uniflor 19 Juli 1985. Tanggal 9 April 1988, Uniflor melaksanakan Wisuda Perdana
Sarjana sebanyak 47 orang dengan perincian: (a) Prodi PMP dan Kewarganegaraan
sebanyak 18 orang; (b) Prodi Pendidikan Sejarah sebanyak 2 orang; (c)
Pendidikan Dunia Usaha sebanyak 8 orang; dan (d) Prodi Psikologi dan Bimbingan
sebanyak 19 orang. Status DIAKUI baru didapat pada tahun 1993 melalui Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 242/DIKTI/Kep/1993, tanggal 1 Mei
1993. Di ulang tahunnya yang ke-37 ini, satu lagi program studi baru yang
mendapat ijin penyelenggaraan perkuliahan, yakni Program Studi Pendidikan
Biologi. Sehingga, Uniflor telah memiliki tujuh fakultas dengan enam belas
program studi.
Rahim
Uniflor dalam usia yang ke-37 tahun ini telah “melahirkan” ribuan anak muda
baru yang tengah mengabdi di seantero negri ini. Mereka menempati berbagai karya dan profesi di
bidangnya. Dari merekalah, nilai-nilai lembaga dibawa dan ditebar untuk
membantu masyarakat dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Terutama, visi
sebagai “mediator budaya”. Kita berharap, di usianya yang ke-37, Uniflor tetap
tumbuh konsisten berjuang mencerdaskan anak bangsa. (*)